Jumat, 04 Oktober 2013

STRATEGI DAN PENDEKATAN DALAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT

I.                   PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pengembangan masyarakat (community development) merupakan suatu proses swadaya masyarakat yang diintegrasikan dengan usaha-usaha pemerintah setempat guna meningkatkan kondisi masyarakat di bidang ekonomi, sosial, politik, dan kultural, serta untuk mensinerjikan gerakan untuk kemajuan dan kemakmuran bangsa. Pengembangan masyarakat menekankan adanya pemberdayaan, partisipasi, dan peranan langsung warga komunitas. Pengembangan masyarakat (community development) dipandang sebagai strategi yang tepat untuk memberdayakan dan menigkatkan taraf hidup masyarakat luas. Namun perlu diingat bahwa setiap masyarakat mempunyai tradisi dan adat-istiadat yang berbeda, yang dapat menjadi potensi yang dapat dikembangkan sebagai modal sosial. Tujuan dari program-program CD ini adalah mengentaskan kemiskinan, mencari solusi persoalan sosial yang dihadapi komunitas, dan mengatasi konflik di dalam komunitas skala kecil maupun komunitas dalam skala yang lebih besar. Untuk itu dalam upaya pengembangan masyarakat, dibutuhkan strategi dan pendekatan yang tepat. Selain itu, perlu juga dilakukan pembahasan pengembangan masyarakat dalam konteks beragam pendekatan yang dapat dipandang sebagai cara-cara alternatif dalam melaksanakan pengembangan masyarakat.




II.                PEMBAHASAN



2.1  Strategi Pengembangan Masyarakat
Ada 3 (tiga) strategi dasar dalam pengembangan masyarakat, yaitu Strategi Empiris-rasional, Strategi Normatif-reedukatif, dan Strategi Kekuasaan-Paksaan (Power-Coercive). Seperti dijelaskan pada bagian terdahulu, pemilihan strategi yang tepat didasarkan kepada asumsi-asumsi yang digunakan oleh perencana terhadap kondisi masyarakat. Asumsi tentang masyarakat memberikan pijakan kepada perencana untuk mennetukan berbagai hal yang harus dipersiapkan dan dilakukan kemudian dalam mewujudkan tujuan yang ingin dicapai.

1.      Strategi Empiris-Rasional
Strategi Empiris Rasional didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut:
a)      Manusia adalah mahluk rasional. Dengan demikian, musuh utama rasionalitas manusia adalah kebodohan dan tahayul.
b)      Manusia akan mengikuti kepentingan dirinya yang rasional.
c)      Manusia akan menerima perubahan jika perubahan tersebut dapat diterima dan dibenarkan secara rasional. Untuk itu, agen perubahan harus dapat menunjukkan manfaat perubahan bagi sasaran perubahan. Karena apabila manfaat dari perubahan itu tidak dapat mereka terima atau tidak dapat terbukti, maka mereka tidak dapat meyakini perlunya perubahan bagi mereka.
Tujuan yang ingin dicapai adalah perubahan pengetahuan melalui informasi atau dasar pemikiran intelektual.

2.      Strategi Normatif-Reedukatif
Strategi Normatif-reedukatif didasarkan pada asumsi sebagai berikut:
a)      Pola tindakan dan perilaku warga masyarakat didukung oleh
b)      Norma-norma sosial-budaya, dan
c)      Komitmen individu terhadap norma-norma.
d)     Norma sosial-budaya didukung oleh sikap dan sistem nilai dari indvidu (pandangan normatif yang memperkuat komitmen mereka).
e)      Perubahan pola perilaku atau tindakan masyarakat hanya kaan terjadi jika orang dapat digerakan hatinya untuk mengubah orientasi normatif terhadap pola lama dan mengembangkan komitmen terhadap pola yang baru.
Tujuan yang ingin dicapai adalah perubahan siskap, perasaan, dan pola hubungan.

3.      Strategi Power-Coercive
Strategi Power-coercive didasarkan kepada asumsi:
1)      Manusia akan mengikuti keinginan dari pihak lain yang dipandangkan memiliki kekuasaan lebih besar. Terlebih lagi bila sebagian sumber pemenuhan kebutuhan dia berada pada pihak tersebut.
2)      Masyarakat yang memiliki tingkat intelektual yang rendah dan situasi masyarakat yang anomi menuntut peran yang lebih besar dari penguasa untuk melakukan inisiatif dan pengaturan.
3)      Manusia akan mengikuti perubahan yang terjadi ketika tidak memiliki daya daya tawar dan kemampuan untuk mengoreksi.
4)      Unsur kekuasaan yang digunakan :
a)      Kekuasaan Politik
b)      Kekuasaan Ekonomi
c)      Kekuasaan Moral.

Tujuan yang ingin dicapai perubahan orientasi dan kemauan mengikuti arah perubahan. Sebagai strategi dasar, operasionalisasinya akan terkait dengan pendekatan dan model pengembangan masyarakat yang digunakan. Untuk itu, perlu diperhatikan komponen-komponen yang perlu diperhatikan dalam menyusun strategi pengembangan masyarakat.
2.2  Pendekatan-pendekatan dalam Pengembangan masyarakat
Robert C Anderson, Jon A Blubaugh, dan Huey B Long (para editor), di dalam buku mereka yang berjudul “Approaches to Community Development,” menguraikan ada enam pendekatan CD yaitu :
1.      Pendekatan komunitas (community approach)
2.      Pendekatan menolong diri sendiri dengan informasi (information self-help approach)
3.      Pendekatan tujuan khusus, pemecahan masalah (special-purpose, problem-solving approach)
4.      Pendekatan demonstrasi (demonstration approach)
5.      Pendekatan eksperimental (experimental approach)
6.      Pendekatan konflik kekuasaan (powerconflict approach).

Lee J Cary (dalam buku yang sama) menjelaskan pendekatan komunitas menekankan tiga fitur atau bentuk pendekatan yang berbeda yaitu :
1.      Artisipasi popular atau partisipasi luas (popular or broad-based participation)
2.      Komunitas sebagai konsep penting (community as an important concept)
3.      Terkait dengan holistik alami (holistic-nature concern).

Sedangkan pendekatan special purpose lebih menekankan pada persoalan khusus sebagai sasaran resolusi (Richard Thomas di dalam buku yang sama Bab IV). Thomas mengilustrasikan persoalan air yang sangat khusus melewati keterbatasan kriteria lokasi dari komunitas.

Haward Y McClusky menguraikan pendekatan “information self-help” mengikuti logika dari pendekatan komunitas dan “special purpose” dengan tesis: informasi yang tepat dan bisa diaplikasikan oleh peserta CD yang memiliki pengetahuan pada waktu yang pas bisa membuat perbedaan dalam perngembangan komunitas.
Strategi pendekatan eksperimental menerapkan rancangan semi-eksperimental untuk kegiatan CD (dijelaskan oleh William McNally Eversen dalam buku yang sama).

George S Abshier menjelaskan perbedaan antara pendekatan eksperimental dengan demonstrasi yaitu kalau pendekatan eksperimental mencari jawaban sedangkan pendekatan demonstrasi percaya jawaban sudah tersedia di komunitas.

Raphael J Salmon dan George A Tapper menjelaskan pendekatan dinamis terkait dengan konflik kekuasaan (power conflict approach). Tesis mereka: kekuasaan adalah kekuatan atau tenaga di dalam CD. Mereka melihat definisi lama kekuasaan harus diperluas dalam konteks masyarakat masa kini.

Jack Rothman menguraikan ada tiga pendekatan dalam community development (“Three Models of Community Organization Practice” di dalam F Cox, J. Erlich, J Rothman, dan J Tropman (Eds) “Strategies of Community Organization: A Book of Readings.”). Ketiga pendekatan atau model itu adalah
1.      localitydevelopment approach
2.      Social planning approach
3.      Social actionapproach.

Dari esensinya, keenam pendekatan Anderson, Blubaugh, dan Long itu ada di dalam tiga pendekatan yang diajukan Rothman. Rothman menggunakan 12 variable praktis untuk ketiga model CD-nya yaitu :
1.      Tujuan (goal categories)
2.      Asumsi terkait dengan struktur komunitas dan kondisi persoalan (assumptions concerning community struture and problemconditions)
3.      Strategi perubahan (basic change strategy)
4.      Karakteristik taktik dan teknik perubahan (characteristic change tactics and techniques)
5.      Peran penting praktisi (salient practitioner roles)
6.      Medium perubahan (medium of change)
7.      Orientasi pada struktur kekuasaan (orientation towardpower structures)
8.      Definisi batas dari sistem klien atau konstituensi komunitas (boundary definitions of the community client system or constituency)
9.      Asumsi terkait dengan kepentingan subbagian komunitas (assumptions regardinginterests of community subparts)
10.  Konsepsi kepentingan publik (conception of public interest)
11.  Konsepsi dari populasi atau konstituensi klien (conception of the client population or constituency)
12.  Konsepsi peran dari klien (conception of client role).

Locality development approach beranggapan bahwa perubahan komunitas bisa terjadi optimal melalui partisipasi luas dari berbagai spektrum masyarakat di tingkat lokal dalam menetapkan tujuan dan aksi. Komunitas dibatasi oleh wilayah geografis tertentu.
Tujuan dari pendekatan locality development adalah meningkatkan kapasitas komunitas, mengintegrasikan komunitas dan membantu komunitas lebih mandiri, sehingga mampu menyelesaikan masalah. Pendekatan ini mengasumsikan ada hubungan yang tidak serasi, ada persoalan standar moral, dan komunitasnya adalah komunitas tradisional yang statis. Penerapan pendekatan ini dalam strateginya adalah melibatkan seluruh anggota komunitas untuk mencapai konsensus melalui komunikasi dan diskusi.
Praktisi yang menjalankan CD berperan sebagai katalisator atau trainer. Praktisi sebagai katalisator mendorong pembentukan kelompok kerja untuk mencari penyelesaian masalah. Pendekatan ini melihat kekuasaan ada pada anggota di dalam struktur komunitas.

2.3  Perbedaan Pendekatan
Cary, Ia menjelaskan mengenai perluasan tiga keistimewaan tersendiri dari pendekatan komunitas, yaitu : populer, atau berdasarkan partisipasi, komunitas sebagai satu konsep yang oenting, dan holistic sebagai fokus.

Thomas. Ia menekankan secara jelas bahwa “masalah yang khusus” adalah target dari resolusi, dengan tidak mengabaikan teori yang dikemukakan Cary.

Mc Clunsky. Ia menjelaskan mengenai teori yang dikemukakan Cary dan Thomas dengan lebih logis. Teorinya menjelaskan bahwa informasi yang benar, akan membuat masyarakat yang berpartisipasi menjadi lebih luas pengetahuannya dalam strategi ketika dilakukan, sehingga dapat membuat perbedaan yang jelas dalam proses pengambangan masyarakat.

Evensen. Ia menjelaskan hampir sama dengan yang telah dikemukakan oleh Cary, Thomas, dan Mc Clunsky. Ia menjelaskan mengenai fokus yang semakin berkembang diantara agen dan institusi dalam proses pengembangan masyarakat.

Absher. Ia menekankan kepada perbedaan diantara program ekperimental yang benar- benar terjadi dengan demonstrasi.  Maksudnya adalah kegiatan pendekatan eksperimental dilakukan dalam rangka mencari jawaban, sedangkan demonstrasi dilakukan dengan keyakinan bahwa jawaban tersebut telah ada.

Salmon dan Tapper. Mereka mendiskusikan tentang pendekatan yang lebih dinamis, yaitu kekuatan dari konflik untuk melakukan upaya pengembangan masyarakat kepada komunitas tertentu.

0 komentar:

Posting Komentar

turun lapang

turun lapang

turun lapang

turun lapang
Diberdayakan oleh Blogger.