Rabu, 02 Oktober 2013

LAPORAN ANALISIS VEGETASI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Analisis vegetasi merupakan sebuah cara untuk mempelajari komposisi jenis dan struktur vegetasi atau kelompok tumbuh-tumbuhan. Dalam ekologi hutan satuan yang diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit.
Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari tegakan hutan, yaitu tingkat pohon dan permudaannya dan Mempelajari tegakan tumbuh-tumbuhan bawah, yaitu suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat dibawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput/alang-alang dan vegetasi semak belukar.
Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi dapat dilakukan dengan sampling,  bagian dari metodologi statistika yang berhubungan dengan pengambilan sebagian dari populasi. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak, cara peletakkan petak dan teknik analis vegetasi yang digunakan. (Loveless, 1983)
Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus berukuran sedang tidak besar dan tidak kecil agar dapat memudahkan kita melakukan Analis Vegetasi. Karena titik berat analisis vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika tidak bisa menentukan luas petak maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, dapat ditetapkan : 1) Luas minimum suatu peta yang dapat mewakili habitat yang akan diukur. 2) Jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakkan atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur. (Marsono, 1991)



A. Tujuan Percobaan
1.                  Mengetahui organisme penyusun komunitas yang diamati
2.                  Dapat menghitung distribusi, frekuensi, nilai penting dan komponen untuk habitat
3.                  Untuk mengetahui pola kesesuaian jenis terhadap faktor lingkungan yang ada, yang dinyatakan dengan nilai nominasi
4.                  Untuk mengetahui pola penguasaan jenis terhadap faktor lingkungan yang ada, yang dinyatakan dengan nilai kerapatan
5.                  Untuk mendapatkan nilai penting sebagai indikator tipe asosiasinya











II. TINJAUAN PUSTAKA

Keberadaan organisme pada suatu tempat sangat didukung oleh area yang
ditempati, sehingga apakah suatu oganisme dapat bertahan atau berhasil
berkembang tergantung pada kondisis lingkungan yang ditempati. Keadaan
lingkungan seperti iklim, keadaan tanah, topografi baik secara terpisah maupun
secara bersama-sama merupakan factor yang sangat menentukan macam
ekosistem.

Plotting merupakan suat cara untuk mengambil sample unit dari ekosistem
dengan cara membuat dan menentukan daerah pada areal yang dipandang sebagai
lokasi studi. Plot yang dibuat biasanya berbentuk persegi. Kegunaan plot yang
dibuat tersebut adalah :
1. Untuk mempelajari struktur ekosistem suatu daerah yang didasarkan atas
benyaknya plot yang dipelajari.
2. Untuk mengetahui secara kuantitatif  maupun secara kualitatif masing-
masing individu yang ada didaerah tersebut
3. Untuk mengetahui perkembangan atau perubahan kehidupan dari satu
tempat ketempat lain atau dari waktu ke waktu.

Plotting biasanya sangat efektif  bila digunakan untuk studi vagetasi,
walaupun kadang-kadang juga efektik untuk studi pada hewan. Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi  yang erat, baik diantara sesame individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan  suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono, 1977).

Dalam komunitas vegetasi, tumbuhan yang mempunyai hubungan di antara mereka, mungkin pohon, semak, rumput, lumut kerak dan Thallophyta, tumbuh-tumbuhan ini lebih kurang menempati strata atau lapisan dari atas ke bawah secara horizontal, ini disebut stratifikasi. Individu yang menempati lapisan yang berlainan menunjukkan perbedaan-perbedaan bentuk pertumbuhan, setiap lapisan komunitas kadang-kadang meliputi klas-klas morfologi individu yang berbeda seperti, strata yang paling tinggi merupakan kanopi pohon-pohon atau liana. Untuk tujuan ini, tumbuh-tumbuhan mempunyai klas morfologi yang berbeda yang terbentuk dalam “sinusie” misalnya pohon dalam sinusie pohon, epifit dalam sinusie epifit dan sebagainya.Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode garis dan metode intersepsi titik(Setiadi, 1984; Sundarapandian dan Swamy, 2000).

Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau
komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-
tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan
penutupan tajuk. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Metode ini harus  dipilih, sebab meletakkan plot secara sembarang tidak akan mencapai tujuan. Letak dan distribusi plot harus diatur sesuai dengan tujuannya, selain itu untuk mempermudah analisis/interpretasi data. Cara pengambilan plot harus  secara random, tersebar dengan jarak yang sama (cara kuadran), mengikuti arah kompas  yang telah ditentukan (arah transek), transek arahnya alternasi dan  berbentuk kuadran atau stratified.
Metode sampling yang dilakukan adalah metode transek garis dan petak contoh (Line Transect Plot). Pada masing-masing lokasi penelitian dibuat transek garis sebanyak tiga buah pada daerah sampling menggunakan tali rafia. Sepanjang garis transek dibuat plot-plot berukuran 10 x 10 m yang ditempatkan secara acak. Di dalam plot-plot 10 x 10 m dibuat subplot ukuran 5 x 5 m ilakukan identifikasi jenis yang ditemukan pada masing-masing plot. Pada plot 10 x 10 m dilakukan penghitungan jumlah spesies yang ditemukan. (Syafei, 1990)
Variasi struktur dan komposisi tumbuhan dalam suatu komunitas dipengaruhi antara lain oleh fenologi, dispersal, dan natalitas. Keberhasilannya menjadi individu baru dipengaruhi oleh vertilitas dan ekunditas yang berbeda setiap spesies sehingga terdapat perbedaan struktur dan komposisi masing-masing spesies (Kimmins.1987).

Nilai frekuensi suatu jenis dipengaruhi secara langsung oleh densitas dan pola distribusinya. Nilai distribusi dapat memberikan informasi tentang keberadaan tumbuhan tertentu dalam suatu plot dan belum dapat memberikan gambaran tentang jumlah individu pada masing-masing plot (Greig-Smith .1983)
Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi yang menurut Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974) pengambilan sampel plot dapat dilakukan dengan random, sistematik atau secara subyektif atau faktor gradien lingkungan tertentu. Untuk memperoleh informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi dengan menderetkan contoh-contoh (releve) berdasar koefisien ketidaksamaan. Variasi dalam releve merupakan dasar untuk mencari pola vegetasinya.
Untuk mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan Metode Berpetak (Teknik sampling kuadrat : petak tunggal atau ganda, Metode Jalur, Metode Garis Berpetak) dan Metode Tanpa Petak (Metode Berpasangan Acak, Titik Pusat Kwadran, Metode Titik Sentuh, Metode Garis Sentuh, Metode Bitterlich) (Irwanto, 2007).
Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya. Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. (Marsono, 1991)
Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu (1) pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda; (2) menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal; dan (3) melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Irwanto,2007).
Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974) membagi struktur vegetasi menjadi lima berdasarkan tingkatannya, yaitu: fisiogonomi vegetasi, struktur biomassa, struktur bentuk hidup, struktur floristik, struktur tegakan. Struktur vegetasi terdiri dari 3 komponen, yaitu: 1. Struktur vegetasi berupa vegetasi secara vertikal yang merupakan diagram profil yang melukiskan lapisan pohon, tiang, sapihan, semai dan herba penyusun vegetasi. 2. Sebaran, horisotal jenis-jenis penyusun yang menggambarkan letak dari suatu individu terhadap individu lain.3. Kelimpahan (abudance) setiap jenis dalam suatu komunitas.
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Irwanto, 2007).
Setiap orgaisme hidupnya bergantung pada organisme lain. Organisme dan spesies yang berbeda saling mempengaruhi macam hubungan yang biasa kita kenal adalah hubungan antara organisme yang makan dan organisme yang dimakan. Vegetasi (latin:vegetare = menghidupkan, vegetation = dunia tumbuhan) yang terdapat didalamnya kebanyakan komunitas hutan, daun–daun, cabang–cabang di bagian–bagian lain di beberapa pohon, semak dll tumbuhan membentuk beberapa lapisan (Rahardjo,s. 1980)










III. METODE PERCOBAAN


A. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum analisis vegetasi ini adalah tali rafia, patok, lahan ukuran 5x5, alat tulis dan meteran.
Dan bahan yang digunakan adalah tumbuh-tumbuhan disekitar lahan Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakults Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

B. Cara Kerja
1.                  Bila kita membelah di tengah-tengah hutan, maka pada pembuatan titik sampel yaitu jarak antara titik A dan titik B dapat sampai 100 meter.
2.                  Plot dibuat dengan ukuran 5x5m dengan menggunakan patok kayu dan tali.
3.                  Daftar spesies yang ada dibuat disetiap plot.
4.                  Jumlah individu di setiap plot dihitung.
5.                  Keliling pohon pada setiap plot dihitung.
6.                  Hitung kerapatan, frekuensi, dominasi, serta nilai-nilai penting untuk setiap spesies yang diperoleh dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan.


B. Pembahasan
Seperti yang telah di amati bahwa masing-masing kuadaran memiliki varietas atau tumbuhan yang berbeda dengan segala aspek dan faktor lingkungan yang sama. Dan masing-masing tumbuhan di tiap kuadran itu memiliki kerapatan dan frekuensi yang berbeda. Kemudian dari masing-masing kuadaran tersebut dapat dipelajari susunan jenis dan struktur tumbuh-tumbuhan, ketahanan terhadap lingkungan, habitat, kerapatan, frekuensi dan lain-lain
Dari data yang di peroleh telah menunjukan bahwa di lahan yang diamati terdapat 18 spesies pohon dan total seluruh spesies pohon 37.Jumlah spesies pohon yang paling besar yaitu Spesies E.Spesies pohan yang paling kecil yaitu Spesies A, Spesies B, Spesies C, Spesies F, Spesies G, Spesies H, Spesies I, Spesies K, Akasia, Petai Cina, Melinjo, Kelapa,Daun Joar.
Spesies pohon dengan keliling batang pohon yang terbesar yaitu Spesies H yang terdapat di kuadran 3.Sedangkan spesies pohon dengan keliloing batang pohon terkecil yaitu Spesies C yang terdapat di kuadran 1.
Kerapatan spesies terkecil pada spesies Sepesies E sebesar 0,011666667 % dan kerapatan spesies terkecil pada Spesies A, Spesies B, Spesies C, Spesies F, Spesies G, Spesies H, Spesies I, Spesies K, Akasia, Petai Cina, Melinjo, Kelapa, Daun Joar dengan nilai sebesar 0,001666667 %. Sedangkan kaerapatan relatif terbesar yaitu Spesies E sebesar 0,189189189 % sedangkan spesies pohon yang mempunyai kerapatan relatif kecil antara lain Spesies A, Spesies B, Spesies C, Spesies F, Spesies G, Spesies H, Spesies I, Spesies K, Akasia, Petai Cina, Melinjo, Kelapa, Daun Joar yaitu sebesar 0,027027027 %.


Dari data yang amati terdapat frekuensi spesies terbesar pada spesies Spesies E sebesar 1,166666667 % dan Frekuensi spesies terkecil pada Spesies A, Spesies B, Spesies C, Spesies F, Spesies G, Spesies H, Spesies I, Spesies K, Akasia, Petai Cina, Melinjo, Kelapa, Daun Joar dengan nilai sebesar 0,166666667 %.Frekuensi relatif terbesar yaitu Spesies E sebesar 0,189189 % sedangkan spesies pohon yang mempunyai frekuensi relatif kecil antara lain Spesies A, Spesies B, Spesies C, Spesies F, Spesies G, Spesies H, Spesies I, Spesies K, Akasia, Petai Cina, Melinjo, Kelapa, Daun Joar yaitu sebesar 0,027027%.













V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.                  Setiap tumbuhan memiliki kerapatan, frekuensi, serta dominasi yang tinggi dalam lingkungannya.
2.                  Terdapat banyak jenis vegetasi dalam satu area, ini membuktikan bahwa tumbuhan tidak dapat hidup sendiri.
3.                  Setiap tanaman dalam suatu daerah memiliki kerapatan relative frekuensi relative yang berbeda.
4.                  Melalui analisis vegetasi, keanekaragaman tumbuhan dapat diketahui dari komunitas wilayah tersebut.
5.                  Vegetasi di suatu tempat berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena faktor lingkungannya yang berbeda










DAFTAR PUSTAKA

Ellenberg . 1974. Quantitatif and Dynamic Plant Ecology. London: Edward Arnold Publishers.
Irwanto, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2007. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: JICA
Lovelles, A.R. 1983. Biologi . Jakarta : Erlangga
Marsono, D.J. 1991. Potensi dan Kondisi Hutan Hujan Tropika Basah di Indonesia Buletin Instiper Volume 2 No.2. Yogyakarta : Institut Pertanian Stiper
Pratiwi, D.A. 2000. Biologi I. Jakarta : Erlangga
Rahardjo,S. 1980. Ekologi Tumbuhan. Surakarta : Tiga Serangkai
Schaum’s .1999. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology. Volume 9. Oxford:Blackwell Scientific Publications
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung : ITB

0 komentar:

Posting Komentar

turun lapang

turun lapang

turun lapang

turun lapang
Diberdayakan oleh Blogger.