METABOLISME TUMBUHAN
( LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI
UMUM)
Oleh :
Riki Arya Dinata
1214131083
LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012
Judul Percobaan : Metabolisme Tumbuhan
Tanggal Percobaan : 20 Nopember 2012
Tempat Percobaan : Laboratorium Zoologi
Nama : Riki Arya Dinata
NPM :
1214131083
Kelompok : IV (Empat)
Jurusan : Agribisnis
Fakultas : Pertanian
Bandar Lampung, 13 November 2012
Mengetahui
Asisten
Suci Natalia
NPM : 1017021049
DAFTAR ISI
LEMBAR
PENGESAHAN i
DAFTAR
ISI ii
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Praktikum 2
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
III.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat 6
B. Alat dan Bahan 6
C. Cara Kerja 6
IV.
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan 8
B. Pembahasan 8
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makhluk hidup
terdiri atas sel, karena itulah manusia harus mempelajari tentang keadaan
selnya atau sel- sel lainnya yang menunjang kehidupannya. Suatu sistem
transportasi sangat penting bagi tunbuhan dan hewan yang berkaitan dengan masa
organisme tersebut. Pada tanaman dan hewan yang masih sederhana transfor
materi berlangsung secara osmosis, dan difusi. Pada sel hewan, jika suatu
sel (sel darah merah) berada pada cairan yang Hipotonik maka sel darah merah
akan pecah, namun jika berada dalam cairan yang hiportonis maka sel darah akan
pecah.
Metabolisme berasal dari kata Yunani “Metabole” yang
berarti perubahan. Metabolisme kadang juga diartikan pertukaran zat antaara
satu sel atau secara keseluruhan dengan lingkungannya. Salah satu aktivitas
protoplasma yang penting adalah pembentukan sel baru dengan cara pembelahan.
Sebelum sel melakukan pembelahan, maka protoplasma akan aktif mengumpulkan
serta mensintesa karbohidrat, protein, lemak dan banyak lagi senyawa kompleks
yang merupakan bagian dari protoplasma dan dinding sel. Bahan dasar untuk
sintesa senyawa organic tersebut adalah unsure-unsur aorganic yang diserap oleh
akar dan gula yang dibentuk dari karbon dioksida dan air pada proses
fotosintesa (asimilasi karbon).
Metabolisme adalah segala proses reaksi kimia yang terjadi
didalam tubuh makhluk hidup, mulai makhluk hidup bersel satu hingga yang
memiliki susunan tubuh kompleks seperti manusia. Dalam hal ini, makhluk hidup
mendapat, mengubah dan memakai senyawa kimia dari sekitarnya untuk
mempertahankan hidupnya.
Metabolisme meliputi proses sintesis (anabolisme) dan
penguraian (katabolisme) senyawa atau komponen dalam sel hidup. Semua reaksi
metabolisme dikatalis oleh enzim. Hal lain yang penting dalam metabollisme
adalah perenannya dalam penawar racun atau detoksifikasi.
Proses metabolisme
yang terjadi didalam sel merupakan aktivitas yang sangat terkoordinasi,
melibatkan kerjasama berbagai system enzim yang mengkatalis reaksi-reaksi
secara bertahap dan memerlukan pengaturan metabolic untuk mengendalikan
mekanisme reaaksinya.
B. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan
ini adalah untuk :
1. Memahami
terjadinya peristiwa plasmolisis
2.Memahami terjadinya peristiwa deplasmolisis
3.
Untuk mengetahui pengaruh glukosa pada Rhoe discolor
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Pada tumbuhan protoplasma sel mempunyai plasma dan pada hewan berupa
selaput sel yang mampu mengatur sel secara selektif aliran cairan dari
lingkungan suatu sel ke dalam sel atau sebaliknya. Terdapat dua proses
fisiokimia yang penting, yaitu difusi dan osmosis, dengan adanya proses osmosis
suatu selaput dinyatakan permeabel, semipermiabel, atau impermiabel.
Sistem transportasi pada tumbuhan melibatkan proses difusi, osmosis, dan
transpor aktif (Goldworty, 1992).
Plasmolisis
adalah proses terlepasnya protoplasma dari dinding sel yang disebabkan oleh air
yang berada dalam vakoula merembes keluar dari sel, yaitu bila tumbuhan berada
pada lingkungan yang kadar airnya rendah, maka tumbuhan akan sulit menyerap
air. Pada kasus tertentu, air di dalam sel juga akan keluar. Bila terjadi
terus-menerus, maka selaput plasma akan lepas dari dinding sel. Bila
plasmolisis berkepanjangan, maka sel tersebut akan mati dan untuk
mengembalikannya diperlukan proses sebaliknya. Keadaan ini dapat kembali
ke keadaan semula apabila sel tersebut diletakkan di lingkungan dengan kadar
air yang lebih tinggi (hipotonis). Peristiwa kembalinya protoplasma ini disebut
dengan deplasmolisis (Wilkins, 1992).
Plasmolisis merupakan dampak dari
peristiwa osmosis. Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi eksterm, dan jarang
terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan
meletakkan sel pada larutan bersalinitas tinggi atau larutan gula untuk
menyebabkan ekosmosis, seringkali menggunakan tanaman Elodea atau sel
epidermal bawang yang memiliki pigmen warna sehingga proses dapat diamati
dengan jelas ( Lukyati, 1999).
Sel tumbuhan
memiliki ciri fisiologi yang berbeda dengan sel hewan khususnya dengan
keberadaan dinding sel pada sel tumbuhan. Dinding sel pada tumbuhan tinggi
merupakan matriks yang di dalamnya terdapat rangka, yaitu senyawa selulosa yang
berwujud mikrofibril atau benang halus. Matriks pada dinding sel ini tersusun
dari beberapa senyawa yaitu hemiselulosa, pektin, plastik biologik, protein dan
lemak. Dinding sel selain berfungsi untuk proteksi isi sel juga berperan
sebagai jalan keluar masuknya air, makanan dan garam-garam mineral ke dalam
sel. Dinding sel secara umum dibedakan menjadi dinding sel primer dan
dinding sel sekunder. Perbedaan antara kedua macam dinding ini terletak pada
fleksibilitas, ketebalan, susunan mikrofibril dan pertumbuhannya (Istanti,
1999).
Menurut Bidwell (1979) molekul air
dan zat terlarut yang berada dalam sel selalu bergerak. Oleh karena itu terjadi
perpindahan terus-menerus dari molekul air, dari satu bagian ke bagian yang
lain. Perpindahan molekul-molekul itu dpat ditinjau dari dua sudut. Pertama
dari sudut sumber dan dari sudut tujuan. Dari sudut sumber dikatakan bahwa
terdapat suatu tekanan yang menyebabkan molekul-molekul menyebar ke seluruh
jaringan. Tekanan ini disebut dengan tekanan difusi. Dari sudut tujuan dapat
dikatakan bahwa ada sesuatu kekurangan (deficit akan molekul-molekul. Hal ini
dibandingkan dengan istilah daerah surplus molekul dan minus molekul. Ini
bararti bahwa di sumber itu ada tekanan difusi positif dan ditinjau adanya
tekanan difusi negative (Fitter, A.H., 1991).
III.
METODOLOGI
PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Pada
penelitian kali ini kita melakukan penelitian pada hari Selasa, 20 Nopember
2012 di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Umum Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
Adapun
alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah gelas kimia (50 ml),
pipet tetes, stopwatch, mikroskop, kaca preparat, kaca penutup preparat, pisau
silet, blood lanset. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air,
larutan metilen blue, daun Rhoe
discolor, aquades, larutan sukrosa 0,2 M, kapas.
C. Cara Kerja
Disayat
permukaan epidermis bawah daun Rhoeo discolor ( bagian yang berwarna ungu-merah
), diletakkan sayatan pada gelas objek yang telah ditetesi akuades dan ditutup
dengan kaca penutup. Diamati di bawah mikroskop dan digambar, apabila tampak jelas, ditetesi larutan sukrosa
pada salah satu tepi gelas penutup dan pada tepi yang lain ditempelkan kertas
penghisap ( tisu ) sehingga akuades
terserap oleh kertas penghisapdan medium sayatan diganti oleh larutan sukrosa, diamati
dengan mikroskop selama 5 menit, dicatat semua perubahan yang terjadi
IV.
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
B. Pembahasan
Pada sel
Rhoeo discolor kita melihat adanya peristiwa plasmolisis dan deplasmolisis.
Peristiwa plasmolisis adalah peristiwa lepasnya membran sel dari dinding sel
sebagai dampak dari hipertonisnya larutan diluar sel, sehingga cairan yang
berada di dalam sel keluar dari sel dan akibatnya tekanan turgor sel menjadi
tidak ada. Efek selanjutnya yang ditimbulkan adalah karena potensial air dalam
sel lebih tinggi dari luar sel, maka air di luar sel bergerak ke dalam dinding
sel mendesak membran sel yang mengakibatkan membran sel terlepas dari dinding
sel. Larutan tersebut tidak dapat menembus membran sel karen memiliki ukuran
yang lebih besar dari molekul air. Tanda – tanda yang terlihat pada sel yang
mengalami plasmolisis ini adalah menghilangnya warna yang ada di dalam sel dan
mengerutnya pinggiran membran sel ke arah dalam.
Prinsip
yang digunakan dalam peristiwa ini adalah karena terjadinya pristiwa osmosis
sebagai akibat adanya perbedaan konsentrasi zat terlarut dalam air medium
dibanding zat terlarut yang ada di dalam protoplasma sel atau dapat diartikan
sebagai dampak perbedaan potensial air antara dua tempat air yang dibatasi oleh
membran sel tersebut.. Kondisi sel yang terplasmolisis tersebut dapat dikembalikan
ke kondisi semula. Proses pengembalian dari kondisi terplasmolisis ke kondisi
semula ini dikenal dengan istilah deplasmolisis.
Prinsip
kerja dari deplasmolisis ini hampir sama dengan plasmolisis. Tapi, konsentrasi
larutan medium dibuat lebih hipotonis, sehingga yang terjadi adalah cairan yang
memenuhi ruang antara dinding sel dengan membran sel bergerak ke luar,
sedangkan air yang berada di luar bergerak masuk kedalam dan dapat menembus
membran sel karena membran sel mengizinkan molekul-molekul air untuk masuk ke
dalam. Masuknya molekul-molekul air tersebut mengakibatkan ruang sitoplasma
terisi kembali dengan cairan sehingga membran sel kembali terdesak ke arah luar
sebagai akibat timbulnya tekanan turgor akibat gaya kohesi dan adhesi air yang
masuk. Akhir dari peristiwa ini adalah sel kembali ke keadaan semula.
Deplasmolisis merupakan kebalikan
dari plasmolisis, yaitu menyatunya kembali membran plasma yang telah lepas dari
dinding sel. Deplasmolisis terjadi jika sel tumbuhan diletakkan di larutan hipotonik,
sel tumbuhan akan menyerap air dan juga tekanan turgor meningkat. Banyaknya air
yang masuk ke dalam sel akan menyebabkan terjadinya deplasmolisis. Membran
plasma akan mengembang sehingga akan melekat kembali pada dinding sel
Jika
sel tumbuhan diletakkan di larutan glukosa terkonsentrasi (hipertonik), sel
tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan
lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini layu. Kehilangan air lebih
banyak akan menyebabkan terjadinya plasmolisis: tekanan terus berkurang sampai
di suatu titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan
adanya jarak antara dinding sel dan membran. Akhirnya cytorrhysis – runtuhnya
seluruh dinding sel – dapat terjadi. Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan
untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan, juga mendapatkan air secara
berlebihan, tetapi plasmolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di larutan
hipotonik. Proses sama pada sel hewan disebut krenasi. Cairan di dalam sel hewan
keluar karena peristiwa difusi.
Plasmolisis hanya terjadi pada
kondisi ekstrem, dan jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di
laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan bersalinitas tinggi atau
larutan gula untuk menyebabkan ekosmosis, seringkali menggunakan tanaman Elodea
atau sel epidermal glukosa yang memiliki pigmen warna sehingga proses dapat
diamati dengan jelas.
Semakin tinggi
tingkat konsentrasi glukosa dan semakin lama waktu untuk mendiamkan maka
semakin banyak pula membran plasma yang lisis.
KESIMPULAN
Setelah melakukan
penelitian maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :
- Larutan
yang hipertonis menyebabkan peristiwa plasmolisis dan jika diencerkan
kembali (hipotonis) akan menyebabkan peristiwa deplasmolisis.
- Semakin
tinggi tingkat konsentrasi glukosa dan semakin lama waktu untuk
mendiamkan maka semakin banyak pula membran plasma yang lisis.
- Sel
tumbuhan dimasukkan ke dalam larutan hipertonis, protoplasmanya akan
menyusut dan lepas dari dinding selnya. Proses ini disebut plasmolisis.
Plasmolisis dapat menyebabkan tumbuhan menjadi layu.
- Penyebab dari plasmolisis adalah terjadinya peristiwa osmosis antara sel dengan lingkungannya.
- Ada atau tidaknya plasmolisis menjadi indicator dari ada atau tidaknya osmosis yang terjadi.
- Plasmolisis dan deplasmolisis terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi zat yang mengakibatkan adanya keadaan hipertonis dan hipotonis.
DAFTAR PUSTAKA
Fitter, A.H. dan R.K.M. Hay, 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
Goldworthy, R. dan N.M. Fisher, 1992. Fisiologi
Tanaman Budidya Tropik. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
Istanti, Annie; Prasetyo, Triastono I. dan Dwi Listyorini. 1999. Biologi
Sel. Malang: FMIPA UM.
Lukyati, Betty, dkk. 199 . Petunjuk
Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Malang: FMIPA UM
Wilkins, M. B. 1992. Fisiologi Tanaman. Jakarta: Bumi Angkasa.
0 komentar:
Posting Komentar