22
PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN MASYARAKAT (COMMUNITY DEVELOPMENT)
Salah
satu teknik kajian baru yang sering digunakan untuk melihat perkembangan dan
potensi masalah satu komunitas lingkunga adalah konsep community development
yang menitikberatkan pada ke-integralan komunitas yang terkait, dalam hal ini
adalah para pelaku industri tembakau. Penyelenggaraan pembangunan daerah tidak
semata-mata menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah. Ini merupakan tanggung
jawab semua pihak yang terkait termasuk perusahaan dalam kapasitasnya sebagai
pihak yang terkait.
Membahas
pengembangan komunitas (CD) tidak akan pernah mungkin sampai pada apa yang
secara umum dikenal oleh kebanyakan orang sebagai petunjuk teknis. Dengan kata
lain tidak mungkin menyusun petunjuk teknis pengembangan komunitas. Dua alasan
mengapa hal ini tidak mungkin adalah :
- Tidak
ada satu pun teknik yang dapat berlaku umum dan dapat diterapkan persis di
semua komunitas, karena masing-masing komunitas memiliki karakteristik sendiri.
- Sesuatu
yang pernah berhasil diterapkan di dalam suatu komunitas belum tentu akan
berhasil jika diterapkan persis di komunitas lain tanpa penyesuaian ke kondisi
setempat.
Karena tidak mungkin menyediakan suatu
petunjuk teknis pengembangan komunitas, maka ke-22 prinsip yang akan diuraiakan
berikut ini hanya layak dinilai sebagai sebuah rambu-ramub dalam pelaksanaan
pengembangan komunitas.Prinsip-prinsip pengembangan komunitas yang sebagaimana
sudah disebut terdiri dari 22 prinsip yaitu :
1. Pembangunan
Terpadu
Pembangunan
sosial, ekonomi, budaya,lingkungan hidup, kepribadian dan spiritual merupakan
aspek penting dalam kehidupan setiap komunitas. Karena itu, program
pengembangan komunitas hendaklah mencakup keseluruhan aspek pembangunan
tersebut. Meskipun demikian, sering ditemui bahwa suatu komunitas lebih
menonjol di satu atau dua aspek tertentu dari berbagai kebutuhan pembangunan
yang disebut itu. Karenanya aspek-aspek yang paling lemahlah yang lebih
memperoleh prioritas perhatian dalam program pengembangan komunitas.
Aspek-aspek pembangunan prioritas tersebut diatas harus selalu menjadi bahan
pertimbangan sehingga keputusan untuk lebih berkonsentrasi pada satu atau dua
aspek tertentu (misalnya ekonomi atau sosial saja) dilakukan secara sadar dan sedapatnya
merupakan pilihan komunitas sendiri, bukan keputusan yang ditetapkan oleh para
perencana atau pekerja pengembangan komunitas yang didasarkan pada sekedar
asumsi sepihak.
Satu
aspek pembangunan tertentu juga sangat mungkin digunakan untuk mendorong
kegiatan mencapai berbagai aspek pembangunan lainnya. Misalnya program
pengembangan komunitas yang berkonsentrasi pada aspek ekonomi juga mingkin
digunakan untuk mendorong kegiatan menuju tercapainya aspek budaya
dan pelayanan komunitas lainnya.
2. Menangani
Ketidakberuntungan Struktural
Maksud
utama kegiatan program pengembangan komunitas adalah tercapainya keadilan
sosial. Setiap hambatan struktural seperti diskriminasi yang berbasis
ras/etnik, agama, gender dsb harus diperhitungkan. Dengan demikian upaya
pengembangan komunitas harus selalu dijaga agar tidak justru memperkokoh atau
menciptakan hambatan-hambatan struktural tersebut. Sebaliknya harus selalu
diupayakan segala cara yang mungkin dan cocok dilakukan untuk mengurangi atau
meniadakannya.
3. Menghargai
Hak Asasi Manusia
Pemahaman
dan tekad yang kuat untuk melindungi dan melaksanakan hak asasi manusia menjadi
basis penting bagi pengembangan komunitas. Struktur upaya pengembangan
komunitas harus dirancang dengan sangat mempertimbangkan agar tidak melanggar
prinsip-prinsip hak asasi manusia.
4. Keberlanjutan
(Sustainability)
Sangat
penting agar setiap upaya pengembangan komunitas dilakukan berbasis
pertimbangan keberlanjutan. Jika tidak maka upaya tersebut hanya akan
menghasilkan sesuatu yang bersifat sementara bahkan darisudut pandang ekologis
upaya pengembangan komunitas dapat menjadi penyebab kerusakan lingkungan lebih
parah. Keberlanjutan menuntut agar penggunaan segala jenis sumberdaya tak
terbarukan seminimal mungkin. Prinsip ini mengandung implikasi praktis terhadap
penggunaan lahan, gaya hidup, perlindungan sumber daya alam dan sebagainya.
5. Pemberdayaan
(Ewpowerment)
Pemberdayaan
haruslah menjadi bagian yang menyatu dalam setiap upaya pengembangan komunitas.
Pemberdayaan berarti penyediaan sumber-sumber daya (source of power),
kesempatan, pengetahuan dan ketrampilan bagi komunitas agar mereka mampu
meningkatkan kapasitasnya untuk menentukan masa depan mereka sendiri dan
memberi warna kehidupannya.
6. Peningkatan
Kesadaran Pada Hubungan Interaksi Antara Individu Dengan Proses Politik
Pengembangan
komunitas merupakan potensi yang sangat besar untuk meningkatkan kesadaran
politik para anggota komunitas. Hal ini merupakan juga langkah awal paling
kritis dalam peningkatan kesadaran (consiousness raising) yang menjadi salah
satu instrumen dalam rangka pemberdayaan. Tanpa peningkatan pemahaman komunitas
tentang hubungan antara pribadi dengan politik dan sebaliknya, maka upaya
pengembangan komunitas mustahil berhasil.
7. Basis
Kepemilikan (Asset-Base) Dan Peningkatan Rasa Memiliki (Sense Of Belonging)
Pengembangan
komunitas juga harus menekankan pada pengembangan basis kepemilikan dan rasa
memiliki komunitas dan atau menyediakannya jika belum ada. Basis kepemilikan
dalam konteks ini dapat dilihat dari dua konsep yaitu: kepemilikan material dan
kepemilikan atas struktur dan proses yang dilakukan dalam
komunitas.Memperluas(meningkatkan basis kepemilikan komunitas adalah aspek
penting dalam pembangunan komunitas karena hal itu akan meningkatkan jatidiri,
menjadi alasan bagi komunitas untuk terlibat dalam pengelolaandan perolehan
manfaat atas sesuatu yang menjadi milik bersama tersebut dan akan meningkatkan
efisiensi pemanfaata sumber daya.
Basis
kepemilikan dan rasa kepemilikan atas struktur dan proses dalam komunitas
sangat berkaitan dengan pengorganisasian komunitas. Untuk itu prasyarat utama
adalah desentralisasi selain diperlukan upaya untuk meningkatkan sumber daya,
ketrampilan dan peningkatan rasa percaya diri.
8. Kemandirian
(Keswadayaan)
Kemandirian
menginginkan agar sedapat mungkin menggunakan sumber daya yang tersedia dari
dalam komunitas itu sendiri dan meminimalisasi penggunaan sumber daya dari
luar.. Prinsip ini berlaku untuk setiap sumberdaya dari luar yang mungkin
diperlukan oleh komunitas (finansial, teknologi, alam, dan sumberdaya manusia).
9. Independensi
(Dalam Hubungan Komunitas Dengan Pemerintah)
Prinsip
kemandirian ini erat kaitannya dengan hubungan komunitas pemerintah dan pihak
lainnya diluar mereka sendiri. Sudah banyak bukti yang menunjukkan bahwa
upaya-upaya pengembangan komunitas yan disponsori oleh Pemerintah bukan
memandirikan dan memberdayakan komunitas tetapi malah sebaliknya menciptakan
ketergantungan dan pelemahan.
Sulit
menemukan rumusan yagn tepat untuk bagaimana seharusnya Pemerintah terlibat
dalam upaya pengembangan komunitas. Karena itu sementara dapat disebutkan bahwa
dukungan Pemerintah dalam pengembangan komunitas hanya diperlukan sebagai
pemulai (starter).
10. Keselarasan
Antara Pencapaian Tujuan Jangka Pendek Dengan Visi Masa Depan.
Seolah-olah
selalu ada pertentangan antara keinginan untuk segera mencapai tujuan jangka
pendek yang nyata dan terukur dengan tujuan ideal jangka panjang ke masa depan
yaitu suatu komunitas dan masyarakat yang lebih baik.
Memfokuskan
lebih banyak energi pada pencapaian tujuan jangka pendek semata akan
menggagalkan pencapaian tujuan jangka panjang. Sebaliknya, mengerahkan sebagian
besar energi untuk mencapai tujuan jangka panjang akan mengundang keputus-asaan
karena seolah-olah tidak pernah menghasilkan sesuatu. Tidak
jarang bahwa komunitas itu sendiri yang berkeinginan hanya untuk
mencapai tujuan jangka pendek yang segera dapat dirasakan. Komunitas sering
tidak sabar melakukan proses-proses yang sedikit lebih panjang untuk mencapai
hasil yang berkelanjutan.
11. Pendekatan
Pembangunan Yang Organik.
Pembangunan
yang organik adalah kebalikan dari pembangunan yang sentralistik dan
mekanistik. Komunitas lebih bersifat organik seperti tumbuhan daripada bersifat
mekanistik seperti mesin. Karenanya, upaya-upaya pengembangan komunitas
tidakdapat diatur dan dikendalikan dengan rumus-rumus teknis sebab-akibat sederhana
tetapi lebih merupakan suatu proses dinamika yang kompleks. Pengembangan
komunitas lebih merupakan wilayah seni ketimbang wilayah ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Komunitas
memiliki kapasitas terpasang internal (inheren) untuk mengembangkan potensinya
sendiri, dan karena itu upaya pengembangan komunitas lebih pada menyediakan
kondisi yang tepat yang memungkinkan pengembangan pengembangan potensi tersebut
dapat berlangsung dengan baik.+
12. Pemilihan
Ritme Pembangunan
Konsekuensi
pembangunan yang organik adalah komunitas sendirilah yang sebaiknya menentukan
ritme pembangunan yang akan dilaksanakan sesuai dengna dinamika
mereka. Pemaksaan kegiatan pengembangan komunitas akan menghasilkan
kompromi berlebihan terhadap proses yang mestinya dilakukan. Ini dapat memupus
komitmen komunitas untuk tetap berpartisipasi dalam pelaksanaan. Keberhasilan
pengembangan komunitas hanya akan tercapai jika kecepatan & percepatan
pembangunan dilakukan sesuai dengan ritme yang ada di komunitas itu sendiri. Keberhasilan
setiap pekerja pengembangan komunitas lebih ditentukan oleh kemampuannya
menimbang-nimbang hal itu.
Proses
pembangunan dapat dstimulasi dan didorong tetapi tidak dapat dipaksa,
dipercepat atau diperlambat. Kondisi ini sering mengakibatkan para perencana,
pengelola, pekerja pengembangan komunitas, politikus, dan birokrat yang
berkeinginan segera melihat hasil nyata dan terukur menjadi putus asa. Inilah
yang menyebabkan mengapa model pembangunan yang birokratis menjadi tidak sesuai
untuk melaksanakan pengembangan komunitas.
Pengembangan
komunitas adalah proses belajar bagi komunitas itu sendiri. Sementara itu,
seorang pekerja pengembangan komunitas dapat saja sangat tergoda untuk
mempercepat proses dengan menggurui komunitas tentang apa yang harus dilakukan
atau dengna cara yang sopan mengajukan saran-saran persuasif.
13. Pasokan
(Supply) Pakar Dan Kepakaran Dari Luar.
Jawaban
spesifik atas suatu masalah, struktur atau proses dari luar komunitas
kadang-kadang berguna. Tetapi yang lebih sering terjadi adalah bahawa solusi
dari luar komunitas tidak dapat digunakan secara efektif. Karenanya, sesuatu
yang bertumpu kepada komunitas selalu merupakan alternatif prioritas.
Tidak
ada satu cara yang selalu tepat diberlakukan pada satu komunitas.
Dalam pengembangan komunitas prinsip paling penting adalah ‘jangan pernah
percaya sepenuhnya pada struktur dan solusi dari luar komunitas’ betatapun
struktur dan solusi itu ditawarkan dengan maksud baik. Upaya Pemerintah
menetapkan satu kebijakan pengembangan komunitas yang mengatur bagaimana
sesuatu harus dilakukan adalah sia-sia dan justru bertentangan dengan
prinsip-prinsip pengembangan komunitas. Pemerintah dapat membantu dengan
penyediaan sumber daya, komunikasi, dukungan dan jaringan kerja, tetapi tidak dengan
menentukan tatacara pelaksanaan pekerjaan pengembangan komunitas. Semua teknik,
ketrampilan, keahlian proses dan struktur yang diterapkan disuatu
komunitas dengan hasil prima berlaku khusus untuk komunitas itu, tidak dapat
digunakan secara universal disembarang komunitas.
14. Pentingnya
Pembangunan Komunitas
Pembangunan
komunitas terdiri dari penguatan interaksi sosial di dalam komunitas, membangun
kebersamaan, membantu komunitas berkomunikasi satu dengan yang lain dalam cara
yang mendorong terciptanya dialog yang efektif, saling memahami menuju
terlaksananya kegiatan-kegiatan dan tujuan bersama.
Hilangnya
nilai-nilai pentig suatu komunitas telah mengakibatkan terjadinya fragmentasi,
isolasi dan individualisme dan karenanya pembangunan komunitas menjadi penting
untuk merubah keadaan menjadi sebaliknya.
Pengembangan
komunitas yang baik selalu berupaya mempersatukan komunitas dan menjamin agar
setiap kegiatan komunitas diarahkan untuk membangun komunitas itu dengna
mencari upaya agar semakin banyak anggota komunitas yang berpartisipasi dalam
berbagai kegiatan. Hal ini akan memberi peluang bagi semua untuk
berinteraksi baik secara formal maupun informal. Suasana informal sering lebih
disukai. Dengan demikian, pembangunan komunitas tidaklah sesederhana
mengumpulkan orang-orang, tetapi mencakup upaya-upaya mendorong dan menyediakan
kondisi yang sesuai untuk bekerjasama, menyediakan struktur, mekanisme saling
membutuhkan dalam melakukan kegiatan bersama, dimana setiap orang dapat memberi
sumbangan dan menghargai sumbangan orang lain.
15. Keselarasan
Antara Proses Dan Hasil
Proses
dan hasil sering dpertentangkan. Pendekatan pragmatis dalam pengembangan
komunitas lebih mengutamakan hasil (output dan outcomes), sementara proses
diabaikan. Apa yang di pandang lebih penting adalah hasil yang dicapai, tetapi
dengan cara bagaimana hasil itu dicapai menjadi kurang penting.
Sebaliknya, terlalu mengutamakan pada proses saja dapat menjauhkan pengembangan
komunitas dari hasil-hasil yang seharusnya dapat segera dicapai, sekalipun
hasil tersebut barulah merupakan hasil antara (intermediary outputs). Sangat
celaka jika proses-proses hanya menghasilkan proses-proses yang lain lagi.
Proses dan hasil harus dilihat sebagai dua bagian terintegrasi/menyatu.
Keduanya jadi bagian yang sama penting dalam pengembangan komunitas dan tidak
sebagai fenomena terpisah. Proses pastilah selalu berhubungan dengan hasil dan
hasil pasti terkait dengan proses. Tanpa keselarasan antara keduanya, mustahil
suatu kegiatan pengmbangan komunitas dapat menghasilkan sesuatu yang baik.
16. Keterpaduan
Proses
Keterpaduan
proses juga harus dipandang dari adanya persesuaian dan keterhubungan antara
satu proses yang digunakan dalam melaksanakan satu bagian kegiatan
dengan proses yang digunakan dalam melaksanakan bagian kegiatan
lainnya. Dengan demikian bagian-bagian kegiatan dalam keseluruhan
pengembangan komunitas tidak sekedar fragmen-fragmen terpisah yang tidak
terikat satu sama lain.
17. Anti-
Kekerasan (Non Violence)
Untuk
mencapai komunitas yang kuat berbasis anti kekerasan, maka proses-proses anti
kekerasan harus diutamakan. Mustahil proses yang mengandung kekerasan dapat
menghasilkan sesuatu yang tidak mengandung kekerasan. Dalam hal ini anti
kekerasan tidak saja dipahami sebagai tiadanya kekerasan fisik diantara sesama
anggota komunitas tetapi termasuk tiadanya kekerasan struktural dimana suatu
struktur sosial dan kelembagaan yang ada yang justru menjadi sumber kekerasan.
Membiarkan
adanya tekanan dari seseorang/pihak/kelompok kepada orang/pihak/kelompok lain
di dalam suatu komunitas dan atau pemaksaan kehendak sama saja dengan
membiarkan adanya kekerasan didalam komunitas.
18. Pengikutsertaan
(Inclusiveness)
Penggunaan
prinsip pengikutsertaan didalam pengembangan komunitas berarti bahwa sekalipun
ada kelompok yang tidak sepakat atas sesuatu hal yang berhubungan dengan suatu
keputusan, kelompok itu tetap harus diikutsertakan dalam proses bukan malah
disingkirkan. Tidak saja perbedaan pandangan bahkan konfrontasi terkadang
diperlukan dan banyak cara yang dapat dipilih untuk melakukan dan menghadapi
konfrontasi.
Tidak
ada resep tunggal untuk hal tersebut. Jangan pernah melakukan provokasi dan
jika terprovokasi jangan pernah melakukan tindakan kekerasan. Upaya membangun dialog
harus tetap diutamakan dalam berbagai situasi untuk mengembangkan saling
pengertian. Berusaha memahami cara pandang pihak lain terhadap suatu persoalan
sangat penting. Sekalipun tidak dapat menyetujui cara pandang tersebut,
rasa hormat terhadap pihak lain harus tetap dipelihara dan merupakan prasyarat
penting dalam pengembangan komunitas.
19. Konsensus
(Mufakat)
Pelaksanaan
prinsip anti kekerasan dan pengikutsertaan (inclusiveness) memerlukan
dasar-dasar pengambilan keputusan secara mufakat. Satu kelebihan cara
pengambilan keputusan secara mufakat adalah begitu keputusan diambil maka semua
pihak akan merasa memiliki keputusan itu dan lebih dipastikan semua pihak akan
cenderung menjaga dan mematuhi keputusan itu secara swakarsa. Mufakat tidak dapat
dipahami secara sederhana sebagai tercapainya kuorum (50 % plus 1), sementara
selebihnya akan merasa tidak puas dan kecil kemungkinan dapat menerima, menjaga
dan mematuhi keputusan tersebut. Mufakat juga tidak dapat dipahami sekedar
kompromi sederhana yang dapat mengakibatkan ketidakpuasan sebagian besar orang.
Selain
karena mufakat memerlukan proses yang relatif lebih lama jika dibandingkan
dengna teknik pengambilan keputusan yang lain harus pula dicamkan bahwa mufakat
bulat hanyalah ilusi yang tidak pernah terwujud. Karena itu daripada berusaha
sekuat tenaga untuk mengupayakan suatu mufakat bulat lebih baik berusaha untuk
mencapai mufakat optimum yang paling mungkin dicapai. Bagian-bagian atau
pandangan-pandangan yang masih diluar mufakat optimum dicatat sebagai
pertimbangan dalam proses pelaksanaan keputusan yang dispakati melalui mufakat
optimum itu.
20. Kerjasama
Kedua
sudut pandang komunitas yaitu :sudut pandang ekologis dan sudut pandang
keadilan sosial lebih memerlukan struktur persaingan (kerjasama) daripada
struktur persaingan. Tantangan terberat untuk mewujudkan prinsip ini adalah
kenyataan bahwa sebagian besar kelembagaan yang ada sekarang di setiap
masyarakat (sistem pendidikan, sistem rekrutmen tenaga kerja, sistem ekonomi,
dsb) telah dibentuk berbasis pada struktur persaingan.
Persaingan
yang paling sehat sekalipun cepat atau lambat akan sampai pada
situasi saling mengungguli,saling menghambat, saling melemahkan dan bahkan
saling meniadakan. Karena itu patut disadari bahwa seperti halnya mufakat
bulat, persaingan yang sehat itupun adalah ilusi yang tidak akan pernah
tercapai. Hal ini sangat beralasan karena persaingan sangat erat kaitannya
dengan hasrat untuk melampaui, memasang perintang, melakukan serangan dan
mendominasi pihak lain. Karena itu lebih baik berusaha menghapuskan gagasan
persaingan yang sehat dan mengembangkan pemahaman dan strategi persilangan
(kerjasama). Apapun bentuknya , persaingan selalu mengarah pada situasi
menang/kalah (win/loose), tetapi persilangan (kerjasama) selalu lebih mengarah
pada situasi menang/menang (win/win).
21. Partisipasi
Pengembangan
komunitas harus selalu memaksimalkan partisipasi dimana setiap orang didalam
komunitas itu dapat dilibatkan dalam proses dan kegiatan komunitas. Semakin banyak
orang berpartisipasi aktif, semakin tinggi rasa kepemilikan dan tanggung jawab
terhadap apa yang sudah dimiliki dan apa yang sedang diupayakan oleh
komunitas.
Partisipasi
tidak berarti bahwa semua orang harus terlibat di dalam semua hal. Tiap orang memiliki
kepentingan, ketrampilan dan kapasitas berbeda dan partisipasi hendaknya
dirancang dengan dengan mempertimbangkan hal itu. Pengembangan komunitas
haruslah selalu berupaya menyediakan kemungkinan terluas bagi kegiatan yang
memerlukan partisipasi banyak orang dan memberikan pengakuan terhadap setiap
sumbangan dan kesetaraan bagi setiap orang untuk terlibat. Dalam konteks
ini lagi-lagi hendaknya setiap pekerja pengembangan komunitas
memahami makna partisipasi secara lebih komprehensif.
22. Hak
Komunitas Mendefinisak Kebutuhannya Sendiri
Banyak
cara konvensional untuk mendefinisikan kebutuhan. Para penentu kebutuhan yaitu
: para ahli, perencana, dan pengelola pembangunan, konsultan, pekerja
pengembangan komunitas dan sejenisnya sering memiliki pandangan dan bahkan
kepentingan tertentu dalam menentukan kebutuhan komunitas. Itulah sebabnya
terlalu sering terjadi dimana perencanaan pembangunan mengandung bias para ahli
(expert bias). Celakanya bias ini selalu saja terulang.
Untuk
mengatasi hal itu sedapat mungkin proses penentuan kebutuhan dilaksanakan
secara partisipatif untuk mencapai konsensus antara para ahli penentu kebutuhan
dengan komunitas. Komunitas dimungkinkan mendefinisikan dan menyatakan
kebutuhan yang mereka rasakan. Disinal perlunya instrumen-instrumen perencanaan
partisipatif .
Banyak
metode yang telah dikembangkan untuk perencanaan partisipatif tersebut,
diantaranya : PRA (Partisipatory rapid Apraisal), PLA (Partisipatory Action and
Learning), OOPP (Objective Oriented Project Planning) dan sejenisnya .
Penggunaan metode dan pendekatan perencanaan pembangunan partisipatif seperti
ini hendaknya diutamakan dalam merencanakan pengembangan komunitas
daripada penggunaan metode dan pendekatan perencanaan pembangunan konvensional.
Dari 22 prinsip-prinsip pengembangan
masyarakat (Community Development) diatas maka dapat dijelaskan secara singkat
langkah-langkah penting dari konsep Community Development (CD) tersebut :
Keikutsertaan
masyarakat dalam mengungkapkan kebutuhan dasar kehidupannya didalam proses
perencanaan daerah
Penentuan
prioritas pembangunan daerah
Pelibatan
dalam proses pengambilan kebijakan pembangunan daerah
Penyediaan
fasilitas dan utilitas oleh pihak swasta dalam pemenuhan kewajibannya
Keikutsertaan
masyarakat dalam mengawasi/ memantau pelaksanaan pembangunan daerah termasuk
pembangunan oleh pihak swasta
Prioritas
dalam pemanfaatan fasilitas dan utilitas permukiman serta pemeliharaannya
Keberlangsungan
kehidupan perusahaan
Keberlanjutan
sumber daya alam & kelestarian lingkungan
Kepastian
hukum dan pelayanan administrasi usaha
Pengembangan
perencanaan selanjutnya
Azaz-azaz Pengembangan
Masyarakat
1. Komunitas dalam setiap proses
pengambilan keputusan.
2. Mensinergikan strategi
komperensif pemerintah, pihak terkait dan partisipasi warga.
3. Membuka akses warga atas bantuan
professional, teknis, fasilitas, insentif lain untuk meningkatkan partisipatif
warga.
4. Mengubah perilaku professional
agar lebih peka pada kebutuhan,perhatian, dan gagasan warga komunitas.
0 komentar:
Posting Komentar