Senin, 30 September 2013

PENGENALAN ORDO COLEOPTERA DAN MUSUH ALAMI



I.       PENDAHULUAN


1.1   Latar Belakang
Purnomo (2010), menyatakan bahwa Ordo coleoptera adalah ordo dengan jumlah terbesar dalam kelas insecta, mencapai lebih dari 110 famili. Banyak diantaranya bertindak sebagai predator. Famili yang sangat pentingdidalam pengendalian hayati adalah coocinellidae, carabidae, staphylinidae.

Pracaya (2008), menyatakan bahwa bentuk sayap setiap golongan serangga berbeda-beda sehingga dijadikan penentu dalam pengklasifikasian serangga. Umumnya akhiran kata nama ordo serangga ada kata ptera yang berarti sayap. Misalnya diptera (lalat) yang berarti serangga bersayap dua, coleoptera (kumbang) adalah serangga yang bersayap penutup.lepidoptera (kupu-kupu) adalah serangga yang sayapnya berisik, hemiptera (kutu busuk) adalah serangga yang bersayap setengah, hymenoptera (lebah) adalah adalah serangga yang bersayap selaput (membran), dan orthoptera (belalang) adalah serangga yang bersayap lurus.

Setford (2005), menyatakan bahwa ada lebih dari 300.000 jenis kumbang diseluruh dunia. Kebanyakan kumbang memiliki dua pasang sayap. Sepasang sayap depan bersifat keras dan berfungsi untuk menutupi sayap belakang yang lebih halus.

Sultoni (2004), menyatakan bahwa ordo coleoptera sayap depan menanduk,sayap belakang membranaceus dan melipat dibawah sayap depan


 saat tidak digunakan. Bentuk tubuh bulat, oval, oval memanjang, oval melebar, ramping memanjang, pipih. Beberapa mempunyai moncong. Alat mulut bertipe penggigit pengunyah. Dewasa ditemukan hampir disemua tempat terdapat melimpah di pertanaman, dibawahbatu, kulit kayu, dalam tanah, jamur. Sedikit yang hidup di air. Banyak nertindak sebagai hama tanaman dan biasanya akan menyerang hampir semua bagian tanaman.

Aryulina (2004), menyatakan bahwa endopterigota terdiri dari beberapa ordo yaitu coleoptera, hymenoptera, diptera, dan lepidoptera. Coleoptera memiliki dua pasang sayap dengan sayap depan yang keras dan tebal. Misalnya kumbang tanduk (Orycies rhinoceros) dan kutu gabah (Rhyzoperta dominica).

Kumbang adalah salah satu binatang yang memiliki penampilan seperti kebanyakan spesies serangga. Ordo Coleoptera, yang berarti “sayap berlapis”, dan berisi spesies yang sering dilukiskan di dalamnya dibanding dalam beberapa ordo lain dalam kerajaan binatang. Empat puluh persen dari seluruh spesies serangga adalah kumbang (sekitar 350,000 spesies), dan spesies baru masih sering ditemukan. Perkiraan memperkirkan total jumlah spesies, yang diuraikan dan tidak diuraikan, antara 5 dan 8 juta. Kumbang dapat ditemukan hampir di semua habitat, namun tidak diketahui terjadi di lautan atau di daerah kutub. Interaksi mereka dengan ekosistem mereka dilakukan dengan berbagai cara. (www.wikipedia.com)

Coleoptera adalah kelas serangga atau yang biasanya disebut sebagai “KUMBANG”. Nama Coleoptera diambil dari bahasa Yunanikoleos-“pelindung” dan pteron-“sayap”. Kumbang merupakan jenis serangga paling unik di dunia. Mereka mempunyai kemampuan spesial masing-masing (tergantung dari jenisnya). (www.kaskus.blogspot.com)

Sedangkan musuh alami adalah organisme yang ditemukan di alam yang dapat membunuh serangga sekaligus, melemahkan serangga, sehingga dapat mengakibatkan kematian pada serangga, dan mengurangi fase reproduktif dari serangga. Musuh alam biasanya mengurangi jumlah populasi serangga, inang atau pemangsa, dengan memakan individu serangga.
Untuk beberapa spesies, musuh alami merupakan kekuatan utama yang mengatur dinamika populasi serangga, sehingga penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana musuh alami dapat mempengaruhi populasi serangga untuk mengestimasi pengaruhnya. Untuk menjelaskan kepadatan populasi serangga dan memprediksi terjadinya outbreaks.
Dalam pest management program, kita perlu memahami musuh alami untuk memanipulasinya di lapangan sebagai pengendali hama. Pengendalian hayati (biological control) adalah taktik pengendalian hama yang melibatkan manipulasi musuh alami hama yang menguntungkan untuk memperoleh pengurangan jumlah populasi dan status hama di lapangan. Biological control berbeda dengan natural control, natural control dalam prakteknya melibatkan agen lain selain musuh alami, misalnya cuaca atau makanan.

Beberapa author mengungkapkan bahwa biological control dalam arti luas termasuk semua metode yang melibatkan organism hidup sebagai bagian dari taktik pengendalian, seperti penggunaan inang yang resisten, pelepasan serangga steril, atau manipulasi genetic. Organisme dalam aktivitas hidupnya selalu berinteraksi dengan organisme lainnya dalam suatu keterkaitan dan ketergantungan yang kompleks. Interaksi antar organisme tersebut dapat bersifat antagonistik, kompetitif atau simbiotik. Sifat antagonistik ini dapat dilihat pada musuh alami yang merupakan agen hayati dalam pengendalian hama. Musuh alami memiliki peranan dalam pengaturan dan pengendalian populasi hama, sebagai faktor yang bekerjanya tergantung kepada kepadatan, dalam kisaran tertentu musuh alami dapat mempertahankan populasi hama di sekitar aras keseimbangan umum.
Setiap spesies serangga hama sebagai bagian dari komplekskomunitas dapat diserang oleh serangga lain atau oleh patogen penyebab penyakit pada serangga. Ditinjau dari segi fungsinya musuh alami dapat dikelompokan menjadi predator, parasitoid dan patogen.

1.2  Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut :
1)      Mengetahui jenis hewan yang termasuk ordo Coleoptera dan Musuh Alami
2)      Mengetahui struktur tubuh dari ordo Coleoptera
3)      Mengetahui peranan Musuh Alami ordo Coleoptera









II.                ISI


2.1  Pengenalan Ordo Ortoptera
Coleoptera adalah insekta yang bersayap perisai, ordo coleoptera sayap depan menanduk,sayap belakang membranaceus dan melipat dibawah sayap depan saat tidak digunakan. Anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai hama tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi serangga lain.

v  Sistem Pernapasan pada Ordo Coleoptera
Pada umumnya pernapasan pada insekta adalah sama. Insekta bernapas dengan system trakea yang berupa tabung bercabang yang dilapisi kitin. Oksigen masuk secara langsung dari trakea ke sel-sel tubuh. Sistem trakea membuka ke bagian luar tubuh melalui spirakel, yaitu pori-pori yang dapat membuka dan menutup untuk mengatur aliran udara dan membatasi hilangnya air.

v  Sistem Pencernaan Pada Ordo Coleoptera
Pada umumnya sistem pencernaan pada Insekta adalah sama. Insekta memiliki system pencernaan yang lengkap dan organ yang jelas untuk perombakan makanan dan penyerapan zat-zat makanan yaitu mulut, esophagus, lambung, usus, dan anus. Mulutnya digunakan untuk mengunyah.

v  Sistem Ekskresi Pada Ordo Coleoptera
Sistem pengeluaran insekta berupa tubulus malphigi yang melekat pada bagian posterior saluran pencernaan.



v  Sistem Sirkulasi pada Ordo Coleoptera
Sistem sirkulasi insekta berupa sistem sirkulasi terbuka dengan organ sebuah jantung pembuluh yang berfungsi mempompa hemolimfa melalui sinus homosol (rongga tubuh).

v  Sistem Saraf Pada Ordo Coleoptera
Sistem saraf insekta terdiri dari pasangan tali saraf ventral dengan beberapa ganglia segmental. Beberapa segmen ganglia anterior menyatu membentuk otak yang terletak dekat dengan antena, mata, dan organ indera lain yang terpusat dikepala.

v  Sistem Reproduksi pada Ordo Coleoptera
Sebagian besar serangga membiak secara seksual, bagian yang lain secara aseksual atau partenogenetik. Sistem reproduksi jantan berfungsi memproduksi dan menyampaikan atau mengantarkan spermatozoa. Sistem reproduksi betina berfungsi memproduksi dan menyimpan telur, menyimpan spermatozoa, sebagai tempat pembuahan, dan meletakkan telur atau melahirkan larva atau nimfa. Beberapa jenis Coleoptera memiliki perkembangan paedogenesis. Serangga pradewasa memiliki alat kelamin yang telah matang dan dapat menghasilkan keturunan.

v  Klasifikasi Ordo Coleoptera
Dalam pengklasifikasian, coleoptera lebih dekat berkerabat dengan Neuropteroidea primitif (Megaloptera, Raphidioptera, dan Neuroptera), dan mirip dengan Orthopteroidea (Dermaptera). Coleoptera terbagi kedalam 4 subordo, yaitu :
a.     Achostemata (termasuk Micromalthus), total 3 family
b.    Myxophaga, total 4 family
c.    Adephaga, total 8 family
d.    Polyphaga, total kurang lebih 138 family
v  Subordo Adephaga
Anggota-anggota subordo ini memiliki koksa-koksa belakang yang membagi-bagi sternum abdomen pertama yang keliatan. Batas dari posterior sternum ini tidak meluas secara sempurna melewati abdomen, tetapi dihentikan oleh-oleh koksa- koksa belakang. Hampir semuanya mempunyai antena yang berbentuk rambut, mempunyai sutura-sutura notopleura dan kebanyakan bersifat pemangsa.
-     Family Carabidae (ground beetles)
Famili ini termasuk yang terbesar pada Adephaga (lebih dari 30 ribu spesies), sebagian besar anggotanya bersifat predator, baik larva maupun dewasanya dan pada serangga lain, beberapa snail-specialists. Larva dan imagonya sangat aktif, meski beberapa mendiami lubang, misalnya tiger beetles. Anggota Carabidae mempunyai tiga kelompok ekologi, yaitu geofil, hidrofil, dan arboreal. Dalam kehidupannya ada yang bersifat diurnal dan nocturnal, baik diurnal maupun nocturnal merupakan strategi pencarian mangsa. Untuk perlindungan dirinya, banyak spesies mempunyai pertahanan kimia yang dihasilkan dari kelenjar abdomen. Misalnya ada kelompok (bombardier beetles) yang menghasilkan bahan kimia yang teremisi secara eksplosive dari daerah anal yang mengeluarkan asap, ini dikeluarkan oleh kelenjar (prekursor) yang mempunyai reservoir, vestibule (enzym interjected) yang menghasilkan quinon panas (kira-kira 100 oC).

-     Family Dytiscidae (water tigers, kumbang penyelam predator)
Larva dan imago dari Dytiscidae hidup di air (akuatik), tetapi imago penerbang aktif dan tertarik pada cahaya. Selain itu keduanya bersifat predator pada sebagian besar serangga, beberapa pada moluska, amfibi, dan ikan. Larva mempunyai lubang (hollow) pada bagian mandibel yang seperti sabit (pencernaan ekstra oral), pada saat mereka menyerang seekor korban mereka menghisap keluar cairan-cairan tubuh melalui lubang-lubang di dalam mandibel tersebut. Larva menerima gas melalui spirakel caudal dan insang abdomen, untuk beberapa spesies menerima gas melalui integumen. Pada serangga dewasa, permukaan caudalnya end-up yang digunakan untuk mengambil gelembung udara pada rongga perut (cavity) subelytra, mereka mengisinya pada waktu ke permukaan. Tungkai bertipe natatorial, baik pada larva maupun imago, yang berkembang baik pada tungkai metathoraks imago.

-     Family Gyrinidae (whirligig beetles)
Larva bersifat akuatik hidup di dasar air (bottom dwellin) dan abbomial appendaes, berpasangan seperti pada larva Mealoptera. Imago hidup di permukaan air dan berkelompok (grearious). Larva dan imago bersifat predator, larva makan berbagai hewan akuatik yang kecil dan seringkali kanibalistik. Imago makan serangga-serangga yang jatuh di atas permukaan air dan kadang-kadang saprofag pada hewan yang membusuk. Larva mempunyai mandibel sicle-like, seperti Dytiscidae. Pertukaran gas pada larva melalui insang abdomen.
Pada imago terdapat antena yang termodifikasi membentuk organ Johnston yang berkembang baik, untuk mendeteksi gerakan permukaan air. Imago mempunyai mata majemuk yang terbagi menjadi pasangan dorsal (aerial) dan pasangan ventral (submarine). Pasangan dorsal berfungsi untuk menemukan mangsa, sedankan pasangan ventral untuk menghindari predator. Gerakan berenang imago tak menentu (erratic), yang disebabkan tungkai yang pendek, tungkai mesothoraks dan metathoraks termodifikasi, tetapi ini merupakan suatu strategi untuk menghindari predator.

v  Subordo Polyphaga
Pada subordo ini sternum abdomen pertama yang kelihatan tidak terbagi oleh koksa-koksa belakang dan batas posteriornya meluas secara sempurna melewati abdomen. Trokhanter belakang biasanya kecil, muncul menuju garis tengah seperti pada Adephaga dan sutura notopleura tidak ada.
-          Family Hydrophilidae (water scavenger beetles)
Serangga ini mempunyai fase larva dan imago di air (akuatik), untuk serangga dewasa bisa meninggalkan air dan mendekati cahaya. Larvanya bersifat predator,utuk kelompok terutama pada larva Diptera, sedangkan imagonya bersifat omnivora, pemakan bangkai. Pertukaran gas pada larva, sebagian besar melalui filamen lateral abdomen (insang), seperti pada Megaloptera. Serangga dewasa jarang menggantungkan kepalanya ke bawah (kebalikan Dytiscidae).
Antena pada permukaan lapisan air menghidrofusi rambut-rambut pada ujung antena, antena "memegang gelembung dan mendorongnya ke venter thoraks dan abdomen, kemudian ke lubang subelytra. Venter akan terlihat berkilau seperti logam ketika "memegang" gelembung udara. Sebagai fungsi respiratori, antena yang berujung (clubbed), palpi maksila menjadi lebih panjang, yang digunakan sebagai alat sensor, mirip antena jenis filiform. Serangga dewasa berenang dengan menggerakkan tungkai-tungkainya yang berlawanan secara bergantian, berbeda dengan Dytiscidae yang menggerakan tungkai-tungkai yang berlawanan secara simultan seperti pada katak.

-          Family Staphylinidae (rove beetles)
Dalam karakteristiknya mempunyai persamaan dengan Dermaptera, pendek, elytra berbentuk kerucut dan memotong di bagian atasnya, tetapi mempunyai lipatan kompleks pada sayap metathoraks. Staphylinidae sangat aktif dengan abdomen yang fleksibel. Larva dan imago bersifat predator atau saprofag, populasinya sangat berlimpah pada sampah dedaunan, tanaman yang membusuk, kayu yang membusuk, dan lain-lain, atau ada juga yang berasosiasi dengan fungi.
Kehadirannya di tempat-tempat lembab dan tanaman membusuk mungkin berhubungan dengan pengendalian biologis dari lalat-lalat tertentu, misalnya onion maggot. Dalam famili Staphylinidae ada subfamili yang semiakuatik, yang diketahui dapat meluncur di atas permukaan melalui sekresi bahan kimia dari kelenjar abdomen yang mereduksi tegangan permukaan air. Kemampuan ini digunakan untuk pergerakan yang cepat dan berguna dalam menghindari predator. Pertahanan lainnya adalah dengan menghasilkan senyawa kimia yang menyebabkan panas pada kulit manusia.

-          Family Scarabaeidae (white grubs, scarab beetles)
Sebagian besar kumbang termasuk kedalam famili ini, dan bahkan sebagian besar serangga, pada kelompok hewan, pada famili ini terdapat genus terbesar dengan anggota lebih dari 1500 spesies. Secara ekologi, famili ini terbagi atas 3 kelompok, yaitu serangga fitofag, pemakan kotoran hewan (agen daur ulang), dan untuk beberapa merupakan spesies termitophilous dan myrmecophilous. Serangga yang bersifat fitofag, mempunyai larva berbentuk "C", tipe scarabaeiform, yang disebut tempayak atau grubs. Larva ini seringkali menjadi hama pada ladang berumput, seperti di lapangan golf, atau hidup pada kayu yang membusuk. Kumbang dewasanya makan pada dedaunan, bunga, dan lain-lain. Kumbang berperan sebagai stadium awal polinasi, sehingga dianggap sebagai polinator original.

Serangga yang memakan kotoran hewan, lebih berperan sebagai agen daur ulang. Di Australia, digunakan sebagai kontrol biologi untuk mengatasi kotoran hewan yang berlimpah di peternakan. Perilaku serangga scarabid dalam kehidupan menjadikannya disakralkan masyarakat Mesir kuno, yang dihubungkan dengan Ra (dewa matahari). Serangga dewasa akan mengunyah sepotong tinja, dibuat sebuah bola, dan menggelindingkannya, bentuknya yang seperti bola tersebut dihubungkan dengan matahari. Kegiatan peletakan telur oleh serangga dewasa, oleh orang Mesir melihat hal tersebut sebagai pola siklus alam. Spesies termitophilous dan myrmecophilous, biasanya ditemukan hidup di sarang-sarang atau lubang-lubang vertebrata atau di dalam sarang-sarang semut atau rayap.
-          Family Elateridae (wireworm, click beetles)
Larva bersifat subteranian atau hidup pada kayu membusuk, sedangkan dewasanya pada dedaunan, kayu, dan pada beberapa jenis tertarik dengan cahaya. Larva dan dewasanya bersifat fitofag, beberapa larva merupakan hama pada benih yang baru ditanam dan akar tanaman, misalnya pada tanaman kentang, dan ada juga yang bersifat predator, terutama yang hidup dalam kayu. Larva bertubuh keras (larva hard  bodied), bertangkai pendek, head capsul dan mandibel berkembang baik, larva bertipe elateriform, atau untuk famili ini larvanya disebut juga wireworms.
Serangga dewasa dapat membalik dan meloncat, mekanisme clicking ini terjadi dengan melakukan gerakan tulang belakang prosternal secara tiba-tiba kelubang mesosternal, sedangkan posisi normalnya penjepit memegang prosternal pada tepi lubang, dan ketika jepitan dilepaskan, lompatan dimulai. Ketika berputar tubuhnya condong ke kanan, untuk menghindari predator.
Perilaku ini menghemat energi menjadi lebih efesien sekitar 50% - 60% dan energi otot dikonversikan kedalam energi kinetik. Satu genus dari famili Elateridae ada yang bersifat bioluminescence baik pada larva maupun imagonya. Serangga ini mempunyai traceated fat body cells dan reflector cells. Organ ini sel penghasil cahaya, mengontrol pemancaran cahaya oleh pengontrolan suplai udara ke organ-organ tersebut. Ketika berada di tanah, imago biasanya bercahaya pada 2 spots pada pronotum (hijau kekuningan), sedangkan 1 spots ventral pada dasar abdomen (merah) digunakan sebagai landing light. Cahaya yang dihasilkan lebih intens daripada pada fireflies, (kunang-kunang, family Lampyridae). Family Coccinellidae (lady bugs, lady bird beetles) Larva dan imago biasanya pada dedaunan, serangga dewasa dari banyak spesies melaui musim dingin dalam kelompok yang sangat banyak. Serangga yang bersifat predator, aktif mencari mangsa pada serangga kecil dan bertubuh lunak, misalnya aphids, hal ini sangat berguna dalam pengendalian.
Contoh klasik dari kontrol biologis dari kumbang coccinellidae adalah diimpornya Rodolia cardinalis dari Australia (1888) untuk mengendalikan cottony cushion scale ( Icerya purchasi) yang menghancurkan industri jeruk di California. Untuk spesies fitofag, banyak yang menjadi hama kebun yang merusak, seperti Mexican bean beetles. Beberapa spesies ada yang bersifat mycetofagus (pada mildews). Sebagian besar spesies imago yang memakan aphid beragregasi melewati musim dingin, mengikuti sinkronisasi siklus hidup dengan siklus hidup aphid. Untuk pertahanannya, dewasa umumnya berpura-pura mati yang dihubungkan dengan reflex bleeding yang berhubungan dengan pertahanan kimiawi.

-          Family Tenebrionidae (darkling beetles)
Famili Tenebrionidae lebih dari 1500 spesies, dengan habitat yang hampir sama dengan Elateridae, yaitu larva di subteranian atau pada kayu yang membusuk, sedangkan imago di tanah atau kayu dan beberapa tertarik pada cahaya. Larva dan imago bersifat fitofag atau mycetofag, larva pada akar, kayu,atau fungi. Sebagian spesies merupakan hama kosmopolitan pada butir padi. Serangga ini beradaptasi dengan baik pada habitat xeric, dengan hard-bodied, elytra bersatu, beberapa dengan sayap metathorak tereduksi atau tidak ada sama sekali, dan sistem cryptonephridial berkembang baik. Secara ekologis, kumbang tanah memiliki kemampuan untuk menyimpan air. Kelenjar abdomennya mengeluarkan alomon interspesifik, quinon berwarna dan baunya tidak enak. Karakteristik posturnya sesuai untuk pertahanan misalnya pada Eleodes dengan headstand. Serangga ini juga mengsekresikan feromon intraspesifik, sekresi kimiawi sebagai feromon agregasi.

-          Family Meloidae (blister beetles)
Larva berkembang pada masa telur belalang, atau beberapa hidup di dalam sarang-sarang lebah liar pada tahapan larvanya, dimana mereka makan telur-telur lebah dan makanan yang disimpan (provisions) di dalam ruangan-ruangan dengan telur-telur. Imago pada dedaunan, bersifat fitofag atau tidak makan. Serangga ini mengalami hypermetamorfosis, dengan instar-instar larva yang berlainan dan sangat berbeda bentuknya. Instar larva yang pertama, bertungkai panjang dan aktif, disebut triungulin, berbentuk seperti campodeiform, mencari telur belalang atau sarang lebah kemudian berganti kulit. Pada jenis yang berkembang di sarang lebah biasanya triungulin memanjat pada sebuah bunga dan dirinya ditempelkan pada seekor lebah, sehingga terjadi perpindahan (phoresy), terutama parasitoid lebah. Pada satu grup, dewasa mempunyai maksila yang termodifikasi (galea), membentuk tabung penghisap untuk makan pada nektar.

-          Family Cerambycidae
Larva dan imago bersifat fitofag atau saprofag. Larva pada kayu mati (xylofag), beberapa merupakan hama hutan minor. Imago ditemukan pada kayu (gelondongan), sering tertarik pada kayu yang segar/baru dipotong, dan pada bunga, banyak yang berambut dan berfungsi sebagai polinator seperti pada banyak Scarabaeidae. Serangga dewasa berwarna-warni untuk spesies diurnal sedangkan untuk spesies nocturnal, warna tidak menarik, banyak spesies nocturnal yang tertarik pada cahaya.

-          Family Chrysomelidae (leaf beetles)
Larva dan imago bersifat fitofag, banyak anggotanya yang merupakan spesies hama serius (terutama larva). Perilaku satu grup (subfamily Hispinae), mengumpulkan dedaunan. Beberapa serangga dewasa mempunyai kebiasaan mimic fecal pellets.

-          Family Curculionidae (weevils, snout beetles)
Famili Curculionidae merupakan famili terbesar dalam Ordo Coleoptera, anggotanya lebih dari 60 ribu spesies. Larva dan imago bersifat fitofag, banyak yang memiliki inang spesifik, dan banyak juga yang merupakan hama penting, seperti cotton boll weevil, rice dan maize weevil, alfalfa weevil, dan lain-lain. Permukaan kumbang membantu pertumbuhan fungi, algae, lichenes, liverworts, mosses, kumbang ini merupakan inang untuk protozoa, rottifers, nematoda dan mites.

v  Peranan Ordo Coleoptera
Contoh :
·     Kumbang kelapa (Orytec rhynoceros) menyerang pucuk kelapa, pakis, sagu, kelapa sawit dan lain-lain.
·     Kutu beras Merusak bahan makanan yang disimpan (tepung kedelai).
·     Kutu gabah menyerang gabah
·     Kumbang janur kelapa menyerang pada daun janur kelapa


2.2  Musuh Alami
Musuh Alami adalah Suatu mahluk hidup (organisme > Predator, Parasitoid dan Patogen) yang dapat mengendalikan hama penyakit dan gulma (OPT)
Predator / Pemangsa :Adalah binatang ( serangga, laba-laba dan binatang lain ) yang memburu, memakan atau menghisap cairan tubuh binatang lain sehingga menyebabkan kematian. Kadang-kadang disebut “ predator” Pemangsa berguna karena memakan hama tanaman. Semua laba-laba dan capung merupakan contoh pemangsa.

Parasitoid : Adalah serangga yang hidup sebagai parasit di dalam atau pada tubuh serangga lain ( serangga inang ), dan membunuhnya secara pelan-pelan. Parasitoid berguna karena membunuh serangga hama. Ada beberapa jenis tawon (tabuhan) kecil sebagai parasitoid serangga hama . Parasitoid yang aktif adalah stadia larva sedangkan imago hidup bebas bukan sebagai parasit dan hidupnya dari nectar, embun madu, air dll.

Patogen : Adalah Mikroorganisme yang dapat memnyebabkan infeksi dan menimbulkan penyakit terhadap OPT. Secara spesifik mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit pada serangga disebut entomopathogen, patogen berguna karena mematikan banyak jenis serangga hama tanaman, seperti jamur, bakteri dan virus. Patogen yang bisa mengendalikan hama dan penyakit disebut sebagai Pestisida Mikroba.

Agens Antaginis :
Adalah Mikroorganisme yang mengintervensi/menghambat pertumbuhan patogen penyebab penyakit pada tumbuhan

Pengendalian Alami (Natural Control) :
Adalah Proses pengendalian OPT yang berjalan sendiri tanpa ada kesengajaay yang dilakukan oleh manusia

Pengendalian Hayati (Biological Control) :
Merupakan taktik pengelolaan hama secara sengaja dengan memanfaatkan atau memanipulasi musuh alami/agens hayati untuk menekan atau mengendalikan OPT.

v  Pengendalian hayati dengan musuh alami dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1.      Secara alami dengan melindungi, melestarikan atau memberi kesempatan kepada musuh alami untuk berkembang biak lebih banyak, juga diusahakan untuk memelihara dan melakukan pelepasan musuh-musuh alami.
2.      Secara klasik dengan mengimpor musuh-musuh alami dari daerah asal hama, kemudian mengembangkannya secara massal dan melepaskan ke lapangan untuk menekan populasi serangga hama sasaran.

v  Contoh Aktivitas Serangga Pemangsa Hama Tanaman Yang Disebut Musuh-Musuh Alami (Predator Dan Parasitor).
1.      Salah satu contohnya yaitu pada hama yang menyerang tanaman tebu. Pada tebu biasanya terdapat lubang. Lubang tersebut dilubangi oleh sejumlah hama penggerek tebu (Chilo sachariphagus). Hama penggerek ini bertelur pada lubang batang tebu dan larva yang menetas berwujud ulat. Ulat ini menghisap cairan gula sampai tanaman tebu menurun kadar gulanya sehingga berakibat pada turunnya produksi gula.
2.      Sementara itu ada sejenis lalat Diatracophaga striatalis (Lalat Jatiroto). Begitu ada batang tebu berdiri di kebun maka betinanya biasanya langsung mencari lubang yang sebelumnya sudah digerek oleh ulat Chilo. Lalat Jatiroto bertelur di dalam lubang tersebut. Jumlahnya dapat mencapai antara 10 500 butir setiap ekor betina dan dalam tempo 5 hari berubah menjadi ulat putih. Ulat itu dalam beberapa menit saja sudah agresif mencari mangsa. Dengan gerak cepat ulat putih menyerang penggerekChilo yang berada dalam lubang tebu danmenghisap darahnya sampai mati kering. Ulat putihselanjutnya berkepompong dalam lubang tersebut, kemudian menjelma menjadi lalat dewasa seperti nenek moyangnya dahulu. Dengan matinya penggerek Chilo, batang tebu sehat kembali dan sari tebunya dapat diselamatkan.
3.      Di suatu areal persawahan, wereng coklat (Nilaparvata lugens) dengan ganasnya menghisap cairan sel jaringan padi bagian batang dan menaruh cairan ludah yang beracun sehingga tanaman padi menguning lalu mati. Selain itu, wereng coklat ini menularkan virus penyakit kerdil rumput dan kerdil hampa sehingga produksi padi turun bahkan gagal panen. Sementara itu ada serangga Coccinella sp., sejenis kumbang berwarna coklat kemerahan berbintik hitam yang aktif berpindah-pindah tempat mencari mangsa. Jika bertemu wereng coklat, kumbang itu dengan gerak cepat menangkapnya dengan menggunakan kaki bagian depan dari arah belakang dan langsung memakannya.


Penggunaan bahan kimia yang dapat membahayakan musuh alami
1.      Sebagai contoh, penggunaan insektisida organofosfat yang persisten untuk mengendalikan kutu daun pada tanaman alfalfa (Therioaphis trifolli) ternyata juga membunuh kumbang predator (Hipodemia sp). Akibatnya populasi kutu daun meningkat dengan cepat. Sebagai akibat musnahnya musuh-musuh alami oleh pestisida, beberapa serangga yang tadinya tidak membahayakan dapat berubah statusnya menjadi hama utama yang membahayakan. Inilah yang disebut ledakan hama sekunder.
2.      Contoh lain adalah kutu tempurung berlilin (Gascardia destructor) merupakan hama sekunder pada tanaman jeruk di Afrika Selatan. Setelah penggunaan insektisida organofosfat yang persisten, musuh-musuh alami musnah. Akibatnya, populasi hama utama (kutu tempurung merah) dan hama sekunder (kutu tempurung berlilin) meningkat cepat.

v  Macam-macam musuh alami
Musuh-musuh alami banyak sekali jenisnya di alam, seperti kumbang tanah, capung, undur-undur, kelabang, belalang sembah, tungau, kepik, laba-laba, kalajengking, burung dan lain-lain. Beberapa musuh alami dari hama-hama tanaman pada berbagai jenis tanaman antara:
1.      Belalang bertanduk panjang, kumbang coccinella, kumbang mirid, kumbang
carabit, labah-labah bermata jalang, labah-labah berahang empat, laba-laba
harimau, dan capung merupakan predator hama wereng coklat, wereng hijau, dan wereng punggung putih pada tanaman padi. Kumbang coccinella juga pemangsa hama putih dan penggerek batang padi.
2.      Semut hitam menyerang hama Helopeltis pada buah kakao.
3.      Parasit Thripoctenus membunuh hama putih (Thrips tabaci) pada tanaman
bawang merah.
4.      Tawar kemit (Apanteles artonase) merupakan pemangsa hama ulat Artona yang merusak tanaman kelapa, sagu, enau, pinang, salak, kelapa sawit, tebu.
5.      Kepik merah (Diadyanus) merupakan pemangsa hama bubuk kopi
(Hypothenemus) yang menyerang buah kopi di pertanaman.
6.      Larva Chrysopa dan kumbang Coccinella memangsa kutu dan persik pada
tanaman kentang.
7.      Kumbang Coccinella juga memangsa kutu daun, kutu perisai, dan tungau pada tanaman singkong dan waloh siam.
8.      Parasit Trichogama menyerang ulat buah (Heliothis) dan pengisap daun (Aphis) pada tanaman kapas.
9.      Kepik (Rhinocoris) memangsa ulat ProdeniaHeliothis, dan kutu daun pada
tanaman tembakau, serta masih banyak lagi musuh-musuh alami dari berbagai
jenis hama tanaman yang tidak mungkin disebut satu persatu.

v  Beberapa contoh pengendalian hayati yang telah dikembangkan antara lain
1.      Pengendalian hama Armona caffeazia yang banyak merusak daun teh di Sailan dengan parasitMacrocentrus yang sengaja didatangkan dari Pulau Jawa pada tahun 1935 berhasil memuaskan.
2.      Juga pengendalian hama kutu tempurung (Icerya purchasi) pada tanaman jeruk di Amerika Serikat dengan menggunakan sejenis kumbang Vedelia.
3.      Di Indonesia, pengendalian hayati yang telah dilaksanakan antara lain pengendalian hama kumbang daun kelapa (Brontispa longisima) di Sulawesi Selatan dengan parasitoid Tetrasistichus pada tahun 1930an mencapai sukses besar.
4.      Demikian pula pengendalian hama Plutula xylostella yang banyak merusak tanaman kubis dengan parasitoid Diadegma eucerophaga.
5.      Dan di Jawa Barat juga pernah digalakkan pengendalian hama kutu loncat (Heterophylla sp) pada tanaman lamtorogung dengan sejenis predator Eurinus coerucus, serta usaha-usaha pengendalian hayati lainnya yang kini terus diteliti dan dikembangkan.


v  Keuntungan dari penggunaan musuh alami
Pengendalian hayati, walaupun usahanya memerlukan waktu yang cukup lama dan berspektrum sempit (inangnya spesifik), tetapi banyak keuntungannya, antara lain aman, relatif permanen, dalam jangka panjang relatif murah dan efisien, serta tidak akan menyebabkan pencemaran lingkungan.


III.      PENUTUP


3.1       Kesimpulan
            Dari makalah diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1)   Ordo Coleoptera adalah Organisme Penggangu tanaman namun ada juga yang berperan sebagai Musuh Alami (Predator).
2)   Ordo Coleoptera memiliki ciri-ciri tubuh antara lain : memiliki sepasang sayap yang keras, dengan kaki yang kuat untuk mencengkram kayu.
3)   Diketahui bahwa ukuran tubuh tidak bisa untuk mengindentifikasi apakah serang tersebut OPT atau Musuh Alami.

3.2       Saran
1.      Perlu dilakukan perawatan yang lebih baik terhadap koleksi spesies serangga di laboratorium.
2.      Diperlukan pembuatan buku yang deskriptif mengenai serangga.
           











DAFTAR PUSTAKA


Aryulina, Diah. 2004. Biologi. Erlangga : Jakarta

Purnomo, Hari. 2010. Pengantar Pengendalian Hayati. CV Andi : Yogyakarta

Puspita, Ria. 2011. Kumbang Coccinellidae. http: www.riapuspitasari-chiteung.blogspot.com (di akses pada 13 desember 2012)

Pracaya. 2008. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya : Jakarta

Rahayu, Tuti.2004. Sistematika Hewan Invertebrata. Surakarta: UMS Press.
                                                         
Setford, Steve. 2005. Hewan Merayap. Erlangga : Jakarta

Sultoni, achmad. 2004. Kunci Determinassi Serangga. Kanisius : Yogyakarta


Wikipedia. 2012. Ordo Coleoptera. www.wikipedia.com (diakses pada 12 desember 2012)

0 komentar:

Posting Komentar

turun lapang

turun lapang

turun lapang

turun lapang
Diberdayakan oleh Blogger.