I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Purnomo (2010), menyatakan bahwa Ordo coleoptera adalah
ordo dengan jumlah terbesar dalam kelas insecta, mencapai lebih dari 110
famili. Banyak diantaranya bertindak sebagai predator. Famili yang sangat
pentingdidalam pengendalian hayati adalah coocinellidae, carabidae,
staphylinidae.
Pracaya (2008), menyatakan bahwa bentuk sayap setiap
golongan serangga berbeda-beda sehingga dijadikan penentu dalam
pengklasifikasian serangga. Umumnya akhiran kata nama ordo serangga ada kata
ptera yang berarti sayap. Misalnya diptera (lalat) yang berarti serangga
bersayap dua, coleoptera (kumbang) adalah serangga yang bersayap
penutup.lepidoptera (kupu-kupu) adalah serangga yang sayapnya berisik,
hemiptera (kutu busuk) adalah serangga yang bersayap setengah, hymenoptera
(lebah) adalah adalah serangga yang bersayap selaput (membran), dan orthoptera
(belalang) adalah serangga yang bersayap lurus.
Setford (2005), menyatakan bahwa ada lebih dari 300.000
jenis kumbang diseluruh dunia. Kebanyakan kumbang memiliki dua pasang sayap.
Sepasang sayap depan bersifat keras dan berfungsi untuk menutupi sayap belakang
yang lebih halus.
Sultoni (2004), menyatakan bahwa ordo coleoptera sayap
depan menanduk,sayap belakang membranaceus dan melipat dibawah sayap depan
saat tidak
digunakan. Bentuk tubuh bulat, oval, oval memanjang, oval melebar, ramping
memanjang, pipih. Beberapa mempunyai moncong. Alat mulut bertipe penggigit
pengunyah. Dewasa ditemukan hampir disemua tempat terdapat melimpah di
pertanaman, dibawahbatu, kulit kayu, dalam tanah, jamur. Sedikit yang hidup di
air. Banyak nertindak sebagai hama tanaman dan biasanya akan menyerang hampir
semua bagian tanaman.
Aryulina (2004), menyatakan bahwa endopterigota terdiri
dari beberapa ordo yaitu coleoptera, hymenoptera, diptera, dan lepidoptera.
Coleoptera memiliki dua pasang sayap dengan sayap depan yang keras dan tebal.
Misalnya kumbang tanduk (Orycies rhinoceros) dan kutu gabah (Rhyzoperta
dominica).
Kumbang adalah
salah satu binatang yang memiliki penampilan seperti kebanyakan spesies
serangga. Ordo Coleoptera, yang
berarti “sayap berlapis”, dan berisi spesies yang sering dilukiskan di dalamnya dibanding
dalam beberapa ordo lain dalam kerajaan binatang. Empat puluh persen dari seluruh spesies serangga adalah kumbang
(sekitar 350,000 spesies), dan spesies baru masih sering ditemukan. Perkiraan
memperkirkan total jumlah spesies, yang diuraikan dan tidak diuraikan, antara 5
dan 8 juta. Kumbang dapat ditemukan hampir di semua habitat, namun tidak
diketahui terjadi di lautan atau di daerah kutub.
Interaksi mereka dengan ekosistem mereka dilakukan dengan berbagai cara. (www.wikipedia.com)
Coleoptera adalah kelas serangga atau yang biasanya disebut sebagai
“KUMBANG”. Nama Coleoptera diambil dari bahasa Yunanikoleos-“pelindung”
dan pteron-“sayap”.
Kumbang merupakan jenis serangga paling unik di dunia. Mereka mempunyai
kemampuan spesial masing-masing (tergantung dari jenisnya). (www.kaskus.blogspot.com)
Sedangkan
musuh alami adalah organisme yang ditemukan di alam yang dapat membunuh
serangga sekaligus, melemahkan serangga, sehingga dapat mengakibatkan kematian
pada serangga, dan mengurangi fase reproduktif dari serangga. Musuh alam
biasanya mengurangi jumlah populasi serangga, inang atau pemangsa, dengan
memakan individu serangga.
Untuk
beberapa spesies, musuh alami merupakan kekuatan utama yang mengatur dinamika
populasi serangga, sehingga penting bagi kita untuk mengetahui
bagaimana musuh alami dapat mempengaruhi populasi serangga untuk mengestimasi
pengaruhnya. Untuk menjelaskan kepadatan populasi serangga dan memprediksi terjadinya
outbreaks.
Dalam
pest management program, kita perlu memahami musuh alami untuk memanipulasinya
di lapangan sebagai pengendali hama. Pengendalian hayati (biological control)
adalah taktik pengendalian hama yang melibatkan manipulasi musuh alami hama
yang menguntungkan untuk memperoleh pengurangan jumlah populasi dan status hama
di lapangan. Biological control berbeda dengan natural control, natural control
dalam prakteknya melibatkan agen lain selain musuh alami, misalnya cuaca atau
makanan.
Beberapa
author mengungkapkan bahwa biological control dalam arti luas termasuk semua
metode yang melibatkan organism hidup sebagai bagian dari taktik pengendalian,
seperti penggunaan inang yang resisten, pelepasan serangga steril, atau
manipulasi genetic. Organisme dalam aktivitas hidupnya selalu berinteraksi
dengan organisme lainnya dalam suatu keterkaitan dan ketergantungan yang
kompleks. Interaksi antar organisme tersebut dapat bersifat antagonistik,
kompetitif atau simbiotik. Sifat antagonistik ini dapat dilihat pada musuh
alami yang merupakan agen hayati dalam pengendalian hama. Musuh alami memiliki
peranan dalam pengaturan dan pengendalian populasi hama, sebagai faktor yang
bekerjanya tergantung kepada kepadatan, dalam kisaran tertentu musuh alami dapat
mempertahankan populasi hama di sekitar aras keseimbangan umum.
Setiap
spesies serangga hama sebagai bagian dari komplekskomunitas dapat diserang oleh
serangga lain atau oleh patogen penyebab penyakit pada serangga. Ditinjau dari
segi fungsinya musuh alami dapat dikelompokan menjadi predator, parasitoid dan
patogen.
1.2
Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Mengetahui jenis hewan yang termasuk
ordo Coleoptera dan Musuh Alami
2) Mengetahui struktur tubuh dari ordo
Coleoptera
3) Mengetahui peranan Musuh Alami ordo
Coleoptera
II.
ISI
2.1
Pengenalan Ordo Ortoptera
Coleoptera
adalah insekta yang bersayap perisai, ordo coleoptera sayap depan
menanduk,sayap belakang membranaceus dan melipat dibawah sayap depan saat tidak
digunakan. Anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai hama tanaman, namun
ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi serangga lain.
v Sistem Pernapasan pada
Ordo Coleoptera
Pada
umumnya pernapasan pada insekta adalah sama. Insekta bernapas dengan system
trakea yang berupa tabung bercabang yang dilapisi kitin. Oksigen masuk secara
langsung dari trakea ke sel-sel tubuh. Sistem trakea membuka ke bagian luar
tubuh melalui spirakel, yaitu pori-pori yang dapat membuka dan menutup untuk
mengatur aliran udara dan membatasi hilangnya air.
v Sistem Pencernaan Pada
Ordo Coleoptera
Pada
umumnya sistem pencernaan pada Insekta adalah sama. Insekta memiliki system
pencernaan yang lengkap dan organ yang jelas untuk perombakan makanan dan
penyerapan zat-zat makanan yaitu mulut, esophagus, lambung, usus, dan anus.
Mulutnya digunakan untuk mengunyah.
v Sistem Ekskresi Pada
Ordo Coleoptera
Sistem
pengeluaran insekta berupa tubulus malphigi yang melekat pada bagian posterior
saluran pencernaan.
v Sistem Sirkulasi pada
Ordo Coleoptera
Sistem
sirkulasi insekta berupa sistem sirkulasi terbuka dengan organ sebuah jantung
pembuluh yang berfungsi mempompa hemolimfa melalui sinus homosol (rongga
tubuh).
v Sistem Saraf Pada Ordo
Coleoptera
Sistem
saraf insekta terdiri dari pasangan tali saraf ventral dengan beberapa ganglia
segmental. Beberapa segmen ganglia anterior menyatu membentuk otak yang
terletak dekat dengan antena, mata, dan organ indera lain yang terpusat
dikepala.
v Sistem Reproduksi pada
Ordo Coleoptera
Sebagian
besar serangga membiak secara seksual, bagian yang lain secara aseksual atau
partenogenetik. Sistem reproduksi jantan berfungsi memproduksi dan menyampaikan
atau mengantarkan spermatozoa. Sistem reproduksi betina berfungsi memproduksi
dan menyimpan telur, menyimpan spermatozoa, sebagai tempat pembuahan, dan
meletakkan telur atau melahirkan larva atau nimfa. Beberapa jenis Coleoptera
memiliki perkembangan paedogenesis. Serangga pradewasa memiliki alat kelamin
yang telah matang dan dapat menghasilkan keturunan.
v Klasifikasi
Ordo Coleoptera
Dalam
pengklasifikasian, coleoptera lebih dekat berkerabat dengan Neuropteroidea
primitif (Megaloptera, Raphidioptera, dan Neuroptera), dan mirip dengan
Orthopteroidea (Dermaptera). Coleoptera terbagi kedalam 4 subordo, yaitu :
a. Achostemata (termasuk Micromalthus), total
3 family
b. Myxophaga, total 4 family
c. Adephaga, total 8 family
d. Polyphaga, total kurang lebih 138 family
v Subordo
Adephaga
Anggota-anggota
subordo ini memiliki koksa-koksa belakang yang membagi-bagi sternum abdomen
pertama yang keliatan. Batas dari posterior sternum ini tidak meluas secara
sempurna melewati abdomen, tetapi dihentikan oleh-oleh koksa- koksa belakang.
Hampir semuanya mempunyai antena yang berbentuk rambut, mempunyai sutura-sutura
notopleura dan kebanyakan bersifat pemangsa.
- Family Carabidae (ground beetles)
Famili
ini termasuk yang terbesar pada Adephaga (lebih dari 30 ribu spesies), sebagian
besar anggotanya bersifat predator, baik larva maupun dewasanya dan pada
serangga lain, beberapa snail-specialists. Larva dan imagonya sangat aktif,
meski beberapa mendiami lubang, misalnya tiger beetles. Anggota Carabidae
mempunyai tiga kelompok ekologi, yaitu geofil, hidrofil, dan arboreal. Dalam
kehidupannya ada yang bersifat diurnal dan nocturnal, baik diurnal maupun
nocturnal merupakan strategi pencarian mangsa. Untuk perlindungan dirinya,
banyak spesies mempunyai pertahanan kimia yang dihasilkan dari kelenjar abdomen.
Misalnya ada kelompok (bombardier beetles) yang menghasilkan bahan kimia yang
teremisi secara eksplosive dari daerah anal yang mengeluarkan asap, ini
dikeluarkan oleh kelenjar (prekursor) yang mempunyai reservoir, vestibule
(enzym interjected) yang menghasilkan quinon panas (kira-kira 100 oC).
- Family Dytiscidae (water tigers, kumbang
penyelam predator)
Larva
dan imago dari Dytiscidae hidup di air (akuatik), tetapi imago penerbang aktif
dan tertarik pada cahaya. Selain itu keduanya bersifat predator pada sebagian
besar serangga, beberapa pada moluska, amfibi, dan ikan. Larva mempunyai lubang
(hollow) pada bagian mandibel yang seperti sabit (pencernaan ekstra oral), pada
saat mereka menyerang seekor korban mereka menghisap keluar cairan-cairan tubuh
melalui lubang-lubang di dalam mandibel tersebut. Larva menerima gas melalui
spirakel caudal dan insang abdomen, untuk beberapa spesies menerima gas melalui
integumen. Pada serangga dewasa, permukaan caudalnya end-up yang digunakan
untuk mengambil gelembung udara pada rongga perut (cavity) subelytra, mereka
mengisinya pada waktu ke permukaan. Tungkai bertipe natatorial, baik pada larva
maupun imago, yang berkembang baik pada tungkai metathoraks imago.
- Family Gyrinidae (whirligig beetles)
Larva
bersifat akuatik hidup di dasar air (bottom dwellin) dan abbomial appendaes,
berpasangan seperti pada larva Mealoptera. Imago hidup di permukaan air dan
berkelompok (grearious). Larva dan imago bersifat predator, larva makan
berbagai hewan akuatik yang kecil dan seringkali kanibalistik. Imago makan
serangga-serangga yang jatuh di atas permukaan air dan kadang-kadang saprofag
pada hewan yang membusuk. Larva mempunyai mandibel sicle-like, seperti
Dytiscidae. Pertukaran gas pada larva melalui insang abdomen.
Pada
imago terdapat antena yang termodifikasi membentuk organ Johnston yang
berkembang baik, untuk mendeteksi gerakan permukaan air. Imago mempunyai mata
majemuk yang terbagi menjadi pasangan dorsal (aerial) dan pasangan ventral
(submarine). Pasangan dorsal berfungsi untuk menemukan mangsa, sedankan
pasangan ventral untuk menghindari predator. Gerakan berenang imago tak menentu
(erratic), yang disebabkan tungkai yang pendek, tungkai mesothoraks dan
metathoraks termodifikasi, tetapi ini merupakan suatu strategi untuk menghindari
predator.
v Subordo
Polyphaga
Pada
subordo ini sternum abdomen pertama yang kelihatan tidak terbagi oleh koksa-koksa
belakang dan batas posteriornya meluas secara sempurna melewati abdomen.
Trokhanter belakang biasanya kecil, muncul menuju garis tengah seperti pada
Adephaga dan sutura notopleura tidak ada.
-
Family Hydrophilidae (water scavenger
beetles)
Serangga
ini mempunyai fase larva dan imago di air (akuatik), untuk serangga dewasa bisa
meninggalkan air dan mendekati cahaya. Larvanya bersifat predator,utuk kelompok
terutama pada larva Diptera, sedangkan imagonya bersifat omnivora, pemakan
bangkai. Pertukaran gas pada larva, sebagian besar melalui filamen lateral
abdomen (insang), seperti pada Megaloptera. Serangga dewasa jarang
menggantungkan kepalanya ke bawah (kebalikan Dytiscidae).
Antena
pada permukaan lapisan air menghidrofusi rambut-rambut pada ujung antena,
antena "memegang gelembung dan mendorongnya ke venter thoraks dan abdomen,
kemudian ke lubang subelytra. Venter akan terlihat berkilau seperti logam
ketika "memegang" gelembung udara. Sebagai fungsi respiratori, antena
yang berujung (clubbed), palpi maksila menjadi lebih panjang, yang digunakan
sebagai alat sensor, mirip antena jenis filiform. Serangga dewasa berenang dengan
menggerakkan tungkai-tungkainya yang berlawanan secara bergantian, berbeda
dengan Dytiscidae yang menggerakan tungkai-tungkai yang berlawanan secara
simultan seperti pada katak.
-
Family Staphylinidae (rove beetles)
Dalam
karakteristiknya mempunyai persamaan dengan Dermaptera, pendek, elytra
berbentuk kerucut dan memotong di bagian atasnya, tetapi mempunyai lipatan
kompleks pada sayap metathoraks. Staphylinidae sangat aktif dengan abdomen yang
fleksibel. Larva dan imago bersifat predator atau saprofag, populasinya sangat
berlimpah pada sampah dedaunan, tanaman yang membusuk, kayu yang membusuk, dan
lain-lain, atau ada juga yang berasosiasi dengan fungi.
Kehadirannya
di tempat-tempat lembab dan tanaman membusuk mungkin berhubungan dengan
pengendalian biologis dari lalat-lalat tertentu, misalnya onion maggot. Dalam
famili Staphylinidae ada subfamili yang semiakuatik, yang diketahui dapat
meluncur di atas permukaan melalui sekresi bahan kimia dari kelenjar abdomen
yang mereduksi tegangan permukaan air. Kemampuan ini digunakan untuk pergerakan
yang cepat dan berguna dalam menghindari predator. Pertahanan lainnya adalah
dengan menghasilkan senyawa kimia yang menyebabkan panas pada kulit manusia.
-
Family Scarabaeidae (white grubs, scarab
beetles)
Sebagian
besar kumbang termasuk kedalam famili ini, dan bahkan sebagian besar serangga,
pada kelompok hewan, pada famili ini terdapat genus terbesar dengan anggota
lebih dari 1500 spesies. Secara ekologi, famili ini terbagi atas 3 kelompok,
yaitu serangga fitofag, pemakan kotoran hewan (agen daur ulang), dan untuk
beberapa merupakan spesies termitophilous dan myrmecophilous. Serangga yang
bersifat fitofag, mempunyai larva berbentuk "C", tipe scarabaeiform,
yang disebut tempayak atau grubs. Larva ini seringkali menjadi hama pada ladang
berumput, seperti di lapangan golf, atau hidup pada kayu yang membusuk. Kumbang
dewasanya makan pada dedaunan, bunga, dan lain-lain. Kumbang berperan sebagai
stadium awal polinasi, sehingga dianggap sebagai polinator original.
Serangga
yang memakan kotoran hewan, lebih berperan sebagai agen daur ulang. Di
Australia, digunakan sebagai kontrol biologi untuk mengatasi kotoran hewan yang
berlimpah di peternakan. Perilaku serangga scarabid dalam kehidupan
menjadikannya disakralkan masyarakat Mesir kuno, yang dihubungkan dengan Ra
(dewa matahari). Serangga dewasa akan mengunyah sepotong tinja, dibuat sebuah
bola, dan menggelindingkannya, bentuknya yang seperti bola tersebut dihubungkan
dengan matahari. Kegiatan peletakan telur oleh serangga dewasa, oleh orang
Mesir melihat hal tersebut sebagai pola siklus alam. Spesies termitophilous dan
myrmecophilous, biasanya ditemukan hidup di sarang-sarang atau lubang-lubang
vertebrata atau di dalam sarang-sarang semut atau rayap.
-
Family Elateridae (wireworm, click
beetles)
Larva
bersifat subteranian atau hidup pada kayu membusuk, sedangkan dewasanya pada
dedaunan, kayu, dan pada beberapa jenis tertarik dengan cahaya. Larva dan
dewasanya bersifat fitofag, beberapa larva merupakan hama pada benih yang baru
ditanam dan akar tanaman, misalnya pada tanaman kentang, dan ada juga yang
bersifat predator, terutama yang hidup dalam kayu. Larva bertubuh keras (larva
hard bodied), bertangkai pendek, head capsul dan mandibel berkembang
baik, larva bertipe elateriform, atau untuk famili ini larvanya disebut juga
wireworms.
Serangga
dewasa dapat membalik dan meloncat, mekanisme clicking ini terjadi dengan
melakukan gerakan tulang belakang prosternal secara tiba-tiba kelubang
mesosternal, sedangkan posisi normalnya penjepit memegang prosternal pada tepi
lubang, dan ketika jepitan dilepaskan, lompatan dimulai. Ketika berputar
tubuhnya condong ke kanan, untuk menghindari predator.
Perilaku
ini menghemat energi menjadi lebih efesien sekitar 50% - 60% dan energi otot
dikonversikan kedalam energi kinetik. Satu genus dari famili Elateridae ada
yang bersifat bioluminescence baik pada larva maupun imagonya. Serangga ini
mempunyai traceated fat body cells dan reflector cells. Organ ini sel penghasil
cahaya, mengontrol pemancaran cahaya oleh pengontrolan suplai udara ke
organ-organ tersebut. Ketika berada di tanah, imago biasanya bercahaya pada 2
spots pada pronotum (hijau kekuningan), sedangkan 1 spots ventral pada dasar
abdomen (merah) digunakan sebagai landing light. Cahaya yang dihasilkan lebih
intens daripada pada fireflies, (kunang-kunang, family Lampyridae). Family
Coccinellidae (lady bugs, lady bird beetles) Larva dan imago biasanya pada
dedaunan, serangga dewasa dari banyak spesies melaui musim dingin dalam
kelompok yang sangat banyak. Serangga yang bersifat predator, aktif mencari
mangsa pada serangga kecil dan bertubuh lunak, misalnya aphids, hal ini sangat
berguna dalam pengendalian.
Contoh
klasik dari kontrol biologis dari kumbang coccinellidae adalah diimpornya
Rodolia cardinalis dari Australia (1888) untuk mengendalikan cottony cushion
scale ( Icerya purchasi) yang menghancurkan industri jeruk di California. Untuk
spesies fitofag, banyak yang menjadi hama kebun yang merusak, seperti Mexican
bean beetles. Beberapa spesies ada yang bersifat mycetofagus (pada mildews).
Sebagian besar spesies imago yang memakan aphid beragregasi melewati musim
dingin, mengikuti sinkronisasi siklus hidup dengan siklus hidup aphid. Untuk
pertahanannya, dewasa umumnya berpura-pura mati yang dihubungkan dengan reflex
bleeding yang berhubungan dengan pertahanan kimiawi.
-
Family Tenebrionidae (darkling beetles)
Famili
Tenebrionidae lebih dari 1500 spesies, dengan habitat yang hampir sama dengan
Elateridae, yaitu larva di subteranian atau pada kayu yang membusuk, sedangkan
imago di tanah atau kayu dan beberapa tertarik pada cahaya. Larva dan imago
bersifat fitofag atau mycetofag, larva pada akar, kayu,atau fungi. Sebagian
spesies merupakan hama kosmopolitan pada butir padi. Serangga ini beradaptasi
dengan baik pada habitat xeric, dengan hard-bodied, elytra bersatu, beberapa
dengan sayap metathorak tereduksi atau tidak ada sama sekali, dan sistem
cryptonephridial berkembang baik. Secara ekologis, kumbang tanah memiliki
kemampuan untuk menyimpan air. Kelenjar abdomennya mengeluarkan alomon
interspesifik, quinon berwarna dan baunya tidak enak. Karakteristik posturnya
sesuai untuk pertahanan misalnya pada Eleodes dengan headstand. Serangga ini
juga mengsekresikan feromon intraspesifik, sekresi kimiawi sebagai feromon
agregasi.
-
Family Meloidae (blister beetles)
Larva
berkembang pada masa telur belalang, atau beberapa hidup di dalam sarang-sarang
lebah liar pada tahapan larvanya, dimana mereka makan telur-telur lebah dan
makanan yang disimpan (provisions) di dalam ruangan-ruangan dengan telur-telur.
Imago pada dedaunan, bersifat fitofag atau tidak makan. Serangga ini mengalami
hypermetamorfosis, dengan instar-instar larva yang berlainan dan sangat berbeda
bentuknya. Instar larva yang pertama, bertungkai panjang dan aktif, disebut
triungulin, berbentuk seperti campodeiform, mencari telur belalang atau sarang
lebah kemudian berganti kulit. Pada jenis yang berkembang di sarang lebah
biasanya triungulin memanjat pada sebuah bunga dan dirinya ditempelkan pada
seekor lebah, sehingga terjadi perpindahan (phoresy), terutama parasitoid
lebah. Pada satu grup, dewasa mempunyai maksila yang termodifikasi (galea),
membentuk tabung penghisap untuk makan pada nektar.
-
Family Cerambycidae
Larva
dan imago bersifat fitofag atau saprofag. Larva pada kayu mati (xylofag),
beberapa merupakan hama hutan minor. Imago ditemukan pada kayu (gelondongan),
sering tertarik pada kayu yang segar/baru dipotong, dan pada bunga, banyak yang
berambut dan berfungsi sebagai polinator seperti pada banyak Scarabaeidae.
Serangga dewasa berwarna-warni untuk spesies diurnal sedangkan untuk spesies
nocturnal, warna tidak menarik, banyak spesies nocturnal yang tertarik pada
cahaya.
-
Family Chrysomelidae (leaf beetles)
Larva
dan imago bersifat fitofag, banyak anggotanya yang merupakan spesies hama
serius (terutama larva). Perilaku satu grup (subfamily Hispinae), mengumpulkan
dedaunan. Beberapa serangga dewasa mempunyai kebiasaan mimic fecal pellets.
-
Family Curculionidae (weevils, snout
beetles)
Famili
Curculionidae merupakan famili terbesar dalam Ordo Coleoptera, anggotanya lebih
dari 60 ribu spesies. Larva dan imago bersifat fitofag, banyak yang memiliki
inang spesifik, dan banyak juga yang merupakan hama penting, seperti cotton
boll weevil, rice dan maize weevil, alfalfa weevil, dan lain-lain. Permukaan
kumbang membantu pertumbuhan fungi, algae, lichenes, liverworts, mosses,
kumbang ini merupakan inang untuk protozoa, rottifers, nematoda dan mites.
v Peranan
Ordo Coleoptera
Contoh
:
· Kumbang
kelapa (Orytec rhynoceros) menyerang pucuk kelapa, pakis, sagu, kelapa sawit
dan lain-lain.
· Kutu
beras Merusak bahan makanan yang disimpan (tepung kedelai).
· Kutu
gabah menyerang gabah
· Kumbang
janur kelapa menyerang pada daun janur kelapa
2.2
Musuh Alami
Musuh
Alami adalah Suatu mahluk hidup (organisme > Predator, Parasitoid dan
Patogen) yang dapat mengendalikan hama penyakit dan gulma (OPT)
Predator / Pemangsa :Adalah binatang ( serangga,
laba-laba dan binatang lain ) yang memburu, memakan atau menghisap cairan tubuh
binatang lain sehingga menyebabkan kematian. Kadang-kadang disebut “ predator”
Pemangsa berguna karena memakan hama tanaman. Semua laba-laba dan capung merupakan
contoh pemangsa.
Parasitoid : Adalah serangga yang hidup sebagai parasit di dalam atau pada tubuh serangga lain ( serangga inang ), dan membunuhnya secara pelan-pelan. Parasitoid berguna karena membunuh serangga hama. Ada beberapa jenis tawon (tabuhan) kecil sebagai parasitoid serangga hama . Parasitoid yang aktif adalah stadia larva sedangkan imago hidup bebas bukan sebagai parasit dan hidupnya dari nectar, embun madu, air dll.
Parasitoid : Adalah serangga yang hidup sebagai parasit di dalam atau pada tubuh serangga lain ( serangga inang ), dan membunuhnya secara pelan-pelan. Parasitoid berguna karena membunuh serangga hama. Ada beberapa jenis tawon (tabuhan) kecil sebagai parasitoid serangga hama . Parasitoid yang aktif adalah stadia larva sedangkan imago hidup bebas bukan sebagai parasit dan hidupnya dari nectar, embun madu, air dll.
Patogen : Adalah
Mikroorganisme yang dapat memnyebabkan infeksi dan menimbulkan penyakit
terhadap OPT. Secara spesifik mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit
pada serangga disebut entomopathogen, patogen berguna karena mematikan banyak
jenis serangga hama tanaman, seperti jamur, bakteri dan virus. Patogen yang bisa
mengendalikan hama dan penyakit disebut sebagai Pestisida Mikroba.
Agens Antaginis :
Adalah Mikroorganisme yang mengintervensi/menghambat pertumbuhan patogen penyebab penyakit pada tumbuhan
Pengendalian Alami (Natural Control) :
Adalah Proses pengendalian OPT yang berjalan sendiri tanpa ada kesengajaay yang dilakukan oleh manusia
Pengendalian Hayati (Biological Control) :
Merupakan taktik pengelolaan hama secara sengaja dengan memanfaatkan atau memanipulasi musuh alami/agens hayati untuk menekan atau mengendalikan OPT.
Agens Antaginis :
Adalah Mikroorganisme yang mengintervensi/menghambat pertumbuhan patogen penyebab penyakit pada tumbuhan
Pengendalian Alami (Natural Control) :
Adalah Proses pengendalian OPT yang berjalan sendiri tanpa ada kesengajaay yang dilakukan oleh manusia
Pengendalian Hayati (Biological Control) :
Merupakan taktik pengelolaan hama secara sengaja dengan memanfaatkan atau memanipulasi musuh alami/agens hayati untuk menekan atau mengendalikan OPT.
v Pengendalian hayati dengan musuh alami dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu:
1.
Secara alami dengan melindungi, melestarikan atau memberi
kesempatan kepada musuh alami untuk berkembang biak lebih banyak, juga
diusahakan untuk memelihara dan melakukan pelepasan musuh-musuh alami.
2.
Secara klasik dengan mengimpor musuh-musuh alami dari daerah
asal hama, kemudian mengembangkannya secara massal dan melepaskan ke lapangan
untuk menekan populasi serangga hama sasaran.
v Contoh Aktivitas Serangga Pemangsa Hama Tanaman Yang Disebut
Musuh-Musuh Alami (Predator Dan Parasitor).
1.
Salah satu contohnya yaitu pada hama yang menyerang tanaman
tebu. Pada tebu biasanya terdapat lubang. Lubang tersebut dilubangi oleh
sejumlah hama penggerek tebu (Chilo sachariphagus). Hama penggerek ini
bertelur pada lubang batang tebu dan larva yang menetas berwujud ulat. Ulat ini
menghisap cairan gula sampai tanaman tebu menurun kadar gulanya sehingga
berakibat pada turunnya produksi gula.
2.
Sementara itu ada sejenis lalat Diatracophaga
striatalis (Lalat Jatiroto). Begitu ada batang tebu berdiri di kebun
maka betinanya biasanya langsung mencari lubang yang sebelumnya
sudah digerek oleh ulat Chilo. Lalat Jatiroto bertelur
di dalam lubang tersebut. Jumlahnya dapat mencapai antara 10 500
butir setiap ekor betina dan dalam tempo 5 hari berubah menjadi
ulat putih. Ulat itu dalam beberapa menit saja sudah agresif
mencari mangsa. Dengan gerak cepat ulat putih menyerang penggerekChilo yang
berada dalam lubang tebu danmenghisap darahnya sampai mati kering. Ulat
putihselanjutnya berkepompong dalam lubang tersebut, kemudian
menjelma menjadi lalat dewasa seperti nenek moyangnya dahulu.
Dengan matinya penggerek Chilo, batang tebu sehat
kembali dan sari tebunya dapat diselamatkan.
3.
Di suatu areal persawahan, wereng coklat (Nilaparvata lugens)
dengan ganasnya menghisap cairan sel jaringan padi bagian batang dan menaruh
cairan ludah yang beracun sehingga tanaman padi menguning lalu mati. Selain
itu, wereng coklat ini menularkan virus penyakit kerdil rumput dan kerdil hampa
sehingga produksi padi turun bahkan gagal panen. Sementara itu ada
serangga Coccinella sp., sejenis kumbang berwarna coklat kemerahan
berbintik hitam yang aktif berpindah-pindah tempat mencari mangsa. Jika bertemu
wereng coklat, kumbang itu dengan gerak cepat menangkapnya dengan menggunakan
kaki bagian depan dari arah belakang dan langsung memakannya.
Penggunaan bahan kimia yang dapat membahayakan musuh
alami
1.
Sebagai contoh, penggunaan insektisida organofosfat yang
persisten untuk mengendalikan kutu daun pada tanaman alfalfa (Therioaphis
trifolli) ternyata juga membunuh kumbang predator (Hipodemia sp).
Akibatnya populasi kutu daun meningkat dengan cepat. Sebagai akibat musnahnya
musuh-musuh alami oleh pestisida, beberapa serangga yang tadinya tidak
membahayakan dapat berubah statusnya menjadi hama utama yang membahayakan.
Inilah yang disebut ledakan hama sekunder.
2.
Contoh lain adalah kutu tempurung berlilin (Gascardia
destructor) merupakan hama sekunder pada tanaman jeruk di Afrika Selatan.
Setelah penggunaan insektisida organofosfat yang persisten, musuh-musuh alami
musnah. Akibatnya, populasi hama utama (kutu tempurung merah) dan hama sekunder
(kutu tempurung berlilin) meningkat cepat.
v Macam-macam musuh alami
Musuh-musuh
alami banyak sekali jenisnya di alam, seperti kumbang tanah, capung, undur-undur,
kelabang, belalang sembah, tungau, kepik, laba-laba, kalajengking, burung dan
lain-lain. Beberapa musuh alami dari hama-hama tanaman pada berbagai jenis tanaman
antara:
1.
Belalang bertanduk panjang, kumbang coccinella,
kumbang mirid, kumbang
carabit,
labah-labah bermata jalang, labah-labah berahang empat, laba-laba
harimau,
dan capung merupakan predator hama wereng coklat, wereng hijau, dan wereng
punggung putih pada tanaman padi. Kumbang coccinella juga
pemangsa hama putih dan penggerek batang padi.
2.
Semut hitam menyerang hama Helopeltis pada buah
kakao.
3.
Parasit Thripoctenus membunuh hama putih (Thrips
tabaci) pada tanaman
bawang
merah.
4.
Tawar kemit (Apanteles artonase) merupakan pemangsa hama
ulat Artona yang merusak tanaman kelapa, sagu, enau, pinang,
salak, kelapa sawit, tebu.
5.
Kepik merah (Diadyanus) merupakan pemangsa hama bubuk
kopi
(Hypothenemus)
yang menyerang buah kopi di pertanaman.
6.
Larva Chrysopa dan kumbang Coccinella memangsa
kutu dan persik pada
tanaman
kentang.
7.
Kumbang Coccinella juga memangsa kutu daun,
kutu perisai, dan tungau pada tanaman singkong dan waloh siam.
8.
Parasit Trichogama menyerang ulat buah (Heliothis)
dan pengisap daun (Aphis) pada tanaman kapas.
9.
Kepik (Rhinocoris) memangsa ulat Prodenia, Heliothis,
dan kutu daun pada
tanaman
tembakau, serta masih banyak lagi musuh-musuh alami dari berbagai
jenis
hama tanaman yang tidak mungkin disebut satu persatu.
v Beberapa contoh pengendalian hayati yang telah dikembangkan antara lain
1.
Pengendalian hama Armona caffeazia yang banyak
merusak daun teh di Sailan dengan parasitMacrocentrus yang sengaja
didatangkan dari Pulau Jawa pada tahun 1935 berhasil memuaskan.
2.
Juga pengendalian hama kutu tempurung (Icerya purchasi) pada
tanaman jeruk di Amerika Serikat dengan menggunakan sejenis kumbang Vedelia.
3.
Di Indonesia, pengendalian hayati yang telah dilaksanakan antara
lain pengendalian hama kumbang daun kelapa (Brontispa longisima) di
Sulawesi Selatan dengan parasitoid Tetrasistichus pada tahun
1930an mencapai sukses besar.
4.
Demikian pula pengendalian hama Plutula xylostella yang
banyak merusak tanaman kubis dengan parasitoid Diadegma eucerophaga.
5.
Dan di Jawa Barat juga pernah digalakkan pengendalian hama kutu
loncat (Heterophylla sp) pada tanaman lamtorogung dengan sejenis
predator Eurinus coerucus, serta usaha-usaha pengendalian hayati
lainnya yang kini terus diteliti dan dikembangkan.
v Keuntungan dari penggunaan musuh alami
Pengendalian
hayati, walaupun usahanya memerlukan waktu yang cukup lama dan berspektrum
sempit (inangnya spesifik), tetapi banyak keuntungannya, antara lain aman, relatif
permanen, dalam jangka panjang relatif murah dan efisien, serta tidak akan
menyebabkan pencemaran lingkungan.
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1) Ordo Coleoptera adalah Organisme
Penggangu tanaman namun ada juga yang berperan sebagai Musuh Alami (Predator).
2) Ordo Coleoptera memiliki ciri-ciri
tubuh antara lain : memiliki sepasang sayap yang keras, dengan kaki yang kuat
untuk mencengkram kayu.
3) Diketahui bahwa ukuran tubuh tidak
bisa untuk mengindentifikasi apakah serang tersebut OPT atau Musuh Alami.
3.2 Saran
1. Perlu dilakukan
perawatan yang lebih baik terhadap koleksi spesies serangga di laboratorium.
2. Diperlukan pembuatan
buku yang deskriptif mengenai serangga.
DAFTAR
PUSTAKA
Aryulina, Diah. 2004. Biologi. Erlangga : Jakarta
Purnomo, Hari. 2010. Pengantar
Pengendalian Hayati. CV Andi : Yogyakarta
Puspita,
Ria. 2011. Kumbang Coccinellidae. http: www.riapuspitasari-chiteung.blogspot.com (di akses pada 13 desember 2012)
Pracaya. 2008. Hama
dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya : Jakarta
Rahayu, Tuti.2004. Sistematika
Hewan Invertebrata. Surakarta:
UMS Press.
Setford, Steve. 2005. Hewan
Merayap. Erlangga : Jakarta
Sultoni, achmad. 2004. Kunci
Determinassi Serangga. Kanisius : Yogyakarta